- Di tahun depan, KLHK akan memberikan apresiasi kepada jasa usaha makanan seperti hotel, restoran, kafe dan lain sejenisnya.
envira.id, Jakarta—Sebanyak 20 produsen di sektor manufaktur, ritel, dan jasa makanan/minuman dianggap yang telah berkomitmen menjalankan peta jalan pengurangan sampah di Indonesia. Atas pencapaian ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) memberikan apresiasi.
Komitmen produsen terhadap pengelolaan sampah sangat penting di tengah Indonesia yang saat ini menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah yang semakin kompleks.
Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan jumlah timbulan sampah mencapai 38,6 juta ton pada tahun 2023, dari 365 kabupaten/kota. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 64,6 juta ton jika seluruh 514 kabupaten/kota melaporkan.
“Itulah jumlah sampah di Indonesia, yang harus kita atasi bersama, baik kita sebagai individu maupun dari para produsen,” ujar Direktur Jenderal PSLB3 KLHK, Rosa Vivien Rahmawati, dalam sambutannya di acara penghargaan yang diberikan Senin (7/10).
Disebutkan, penghargaan yang diberikan KLHK itu merupakan bentuk apresiasi dari Menteri LHK kepada 18 manufaktur dan 2 ritel.
Ia berharap, di tahun depan KLHK bisa memberikan apresiasi kepada jasa usaha makanan seperti hotel, restoran, kafe dan lain sejenisnya.
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 300 mitra, termasuk pimpinan tinggi KLHK, perwakilan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, mitra pembangunan, asosiasi produsen, sociopreneur, dan bank sampah.
Apresiasi ini diberikan merupakan bagian dari upaya mengimplementasikan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.
Lebih lanjut, Vivien mengatakan, Pemerintah Indonesia terus mendorong perubahan paradigma pengelolaan sampah dari metode kumpul-angkut-buang menjadi pengurangan sampah dari sumber dan penerapan prinsip ekonomi sirkular serta tanggung jawab produsen yang diperluas (Extended Producer Responsibility/EPR).
Tanpa tindakan luar biasa, dia menegaskan, diperkirakan komposisi sampah plastik akan melonjak dari 19,21 persen pada 2023 menjadi 38,42 persen pada 2050, yang berpotensi mencemari ekosistem dan mengancam kesehatan manusia.
Di kesempatan itu, Vivien mengajak semua pihak untuk bersama mengelola sampah dengan baik, dengan menempatkan pengurangan sampah sama pentingnya dengan penanganan sampah.
“Kemudian, perilaku minim sampah sebagai budaya baru masyarakat Indonesia, sirkular ekonomi, dan teknologi ramah lingkungan sebagai perwujudan dari prinsip waste to resource serta TPA yang berwawasan lingkungan,” katanya. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto