Profil Pengelolaan Sampah Banyumas

Didukung Sarana Lengkap dan Peran Aktif Masyarakat

oleh Ahmadi
  • Tidak kalah pentingnya adalah peran dari Kelompok Sadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola sampah, dari sini mereka dapat penghasilan yang cukup lumayan.

envira.id, Jakarta — Sejak Presiden Joko Widodo menyentil jajarannya dan kepala daerah untuk menuntaskan masalah sampah di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dalam 2-3 minggu ini makin giat melakukan kerja incognito alias sidak di lapangan. Tindakan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi langkah-langkah kerja pengelolaan sampah yang telah dilakukan sejak tahun 2016.

Dalam kunjungannya ke Kabupaten Cilacap dan Banyumas, Menteri LHK Siti Nurbaya Bahar mengkonfirmasi, ternyata dua daerah tersebut sangat baik dalam menerapkan dan memahami secara mendalam UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Bahkan, Siti Nurbaya sampai meminta daerah lain untuk meniru apa yang dilakukan oleh dua kabupaten di Jawa Tengah itu.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2020 secara serentak membangun 6 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di Kabupaten Banyumas.

Dukungan Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah, pada TPST di Kabupaten Banyumas berupa hanggar, bangunan kantor, ruang maggot, biopond maggot, pengadaan mesin conveyor, mesin pencacah sampah organik, mesin pres plastik, mesin pemilah sampah, motor roda 3, dump truck, dan sarana pengolahan sampah. Keenam TPST yang dibangun Kementerian PUPR di Kabupaten Banyumas berada di lokasi berbeda.

Lokasi 1 berada di Desa Cilongok, Kecamatan Cilongok dengan cakupan layanan 980 KK, pasar, dan rumah sakit. TPST ini dibangun di atas lahan kas desa dengan kapasitas pengolahan sampah masuk 16 m3/hari dan sampah residu 1,56 m3/hari.Pengolahaan TPST ini menghasilkan output berupa pupuk kompos, sampah anorganik yang siap jual, maggot serta bubur pakan maggot.

Lokasi 2 berada di Desa Karangklesem, Kecamatan Pekuncen yang terletak di kawasan Bisnis Ajibarang, Kabupaten Banyumas. TPST dibangun di atas lahan kas desa dengan kapasitas sampah masuk 18,5 m3/hari dan sampah residu 1,79 m3/hari untuk melayani 1.500 KK. Pengelolaan TPST dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa Karangklesem berjumlah 25 tenaga kerja dengan estimasi pendapatan Rp1.100.000/bulan.

Lokasi 3 berada di Desa Kedunggede, Kecamatan Banyumas dengan cakupan layanan 1.000 KK. Kapasitas 18 m3/hari dan sampah residu 1,67 m3/hari.

Lokasi 4 berada di Desa Rawalo RT 1 RW III Kecamatan Rawalo dengan kapasitas sampah masuk 22,8 m3/hari dan sampah residu 2,08 m3/hari. Sistem pengelolaan sampah ini telah membantu menyerap tenaga kerja sebanyak 25 orang dan mengurangi sampah dari 1.000 penerima manfaat (KK) di Kecamatan Rawalo, sehingga mewujudkan lingkungan yang bersih, meningkatkan nilai kesehatan, dan kenyamanan warga setempat.

Lokasi 5 berada di Desa Rempoah, terletak di dekat lokasi wisata Baturaden yang dikelola oleh BUMDes. TPST dibangun dengan kapasitas sampah masuk 25,5 m3/hari dan sampah residu 2,03 m3/hari dengan cakupan layanan mencapai 3.210 KK. Selain menghasilkan sampah kompos dan sampah anorganik, pengelolaan TPST Rempoah juga menghasilkan bubur pakan maggot sehingga juga membantu para peternak maggot yang berada di sekitar TPST.

Lokasi 6 TPST di Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja yang dapat mengurangi konsumsi sampah rumah tangga dari 2.000 KK. TPST dibangun dengan biaya sebesar Rp3,5 miliar dengan kapasitas 17,3 m3/hari dan menampung sampah residu sebesar 1,63 m3/hari. Pengelolaan sampah pada TPST ini hampir sama dengan daerah lain, yakni mengembangkan metode pembuatan kompos.

Sampah organik yang telah dipilah dan diolah diproses menjadi pupuk kompos, sementara untuk sampah non-organik berupa kantong plastik dicacah dan dijual untuk bahan baku produk-produk yang bernilai ekonomis.
Selain pembangunan TPST, Pemkab juga merampungkan tempat pembuangan akhir berbasis lingkungan dan edukasi (TPA BLE). Saat ini, di Banyumas salah satu TPST-nya dilengkapi mesin pirolisis yang dapat memusnahkan sampah dengan pembakaran di atas 800 derajat Celcius.

TPA BLE dibangun dengan biaya sebesar Rp49,7 miliar rupiah dengan komposisi anggaran dari APBN sebesar Rp41,9 miliar (84,31%) dan APBD sebesar Rp7,8 miliar (15,69%). Hal ini merupakan bentuk sinergi untuk pembangunan dan pengelolaan TPA. Pelaksanaan pembangunan dimulai sejak Oktober 2020 dan selesai pada Desember 2021.

TPA BLE mampu menampung sampah 75 ton/hari dengan konsep memproses residu sampah yang berasal dari TPS 3R, TPST atau PDU yang ada di Banyumas. Residu sampah yang masuk langsung secara otomatis dicacah dan dipilah, kemudian hasil pilahan diproses lebih lanjut untuk dimanfaatkan.

Pemkab Banyumas juga bekerja sama dengan PT Sarana Bangun Indonesia untuk menyetor bahan refuse derived-fuel (RDF). Khusus untuk TPA BLE tidak hanya fokus pada 3R (Reduce, Reuse, Recycle), melainkan juga dilengkapi dengan kolam renang, pabrik plastik, tempat budidaya maggot, budidaya lele dan fasilitas lainnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah peran dari Kelompok Sadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola sampah, dari sini mereka dapat penghasilan yang cukup lumayan. Sumber penghasilan KSM dari penjualan sampah high value, seperti plastik, kresek, plastik kemasan dan botol plastik. Dari delapan truk sampah per hari, KSM dapat penghasilan Rp30 juta per bulan. []

Penulis: Ahmadi Supriyanto

Berita Terkait

1 comment

Ardianto wibowo Kamis, 21 September 2023 - 06:35 WIB

Kami bangga sebagai warga Banyumas yang nota benenya ngapak ngapak bisa menjadi contoh duta lingkungan yang bersih terhadap daerah yang lain yang selama ini menjadi momok kebersihan dan polusi walaupun belum 100% terealisasi.

Membalas

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?