- “Gerakan Guna Ulang Jakarta” diharapkan dapat mengubah gaya hidup dan perilaku masyarakat untuk mengurangi sampah kemasan.
envira.id, Banyuwangi – Sosialiasi penggunaan ulang (reuse) kemasan mesti terus dilakukan karena pemahaman masyarakat tentang hal itu masih sangat minim. Masyarakat harus diedukasi bahwa banyak kemasan produk yang bisa digunakan kembali.
“ Reuse atau guna ulang kemasan, sampai saat ini belum banyak dipahami masyarakat. Sementara mereka sudah mengenal recycle atau daur ulang sejak 15 atau 20 tahun silam, seiring tumbuhnya industri daur ulang, “ kata Zero Waste Living Lab Indonesia Program Lead Enviu, Darina Maulana, dalam workshop Plastics in Indonesian Societies (PISCES) di Banyuwangi, Jawa Timur, 29 November 2022.
Darina menuturkan, Enviu, sebagai organisasi kemasyarakatan, sejauh ini terus mendorong agar reuse atau guna ulang kemasan dipraktikan dalam keseharian masyarakat.
Juli 2022 lalu, misalnya, bersama Gerakan Diet Kantong Plastik, Enviu meluncurkan Gerakan Guna Ulang Jakarta. “ Tujuannya untuk mewujudkan ekosistem yang mendukung gaya hidup guna ulang di Jakarta,” ujarnnya dalam workshop yang diselenggarakan oleh Brunel University London bekerja sama dengan sejumlah NGO itu.
Tiga startup terlibat dalam Gerakan Guna Ulang Jakarta yakni, QYOS, Koinpack dan ALLAS. QYOS menyediakan mesin isi ulang otomatis produk rumah tangga di toko-toko. Koinpack menyediakan sistem pengemasan yang dapat digunakan kembali dengan model deposit dan hadiah untuk menggantikan sachet dan jenis kemasan sekali pakai. Sedangkan ALLAS menyediakan kemasan pesan antar makanan secara sirkular.
“Program ini diharapkan dapat mengubah gaya hidup dan perilaku masyarakat untuk mengurangi sampah kemasan,” tambah Darina.
Dia mengutip pernyataan Ellen Mac Arthur, peletak dasar circular economy, ada empat cara untuk melakukan program guna ulang. Yakni, refill at home (isi ulang di rumah), refill on the go (isi ulang di toko), return from home (mengembalikan ke rumah), return on the go (mengembalikan ke toko). “Masyarakat kita sudah mengimplementasikan reuse melalui belanja galon isi ulang, sehingga perlu diperbanyak hadirya produk-produk yang bisa dibeli secara reuse, misalnya deterjen refill, produk home care dan sebagainya,” kata Darina
Sementara itu Dewan Pengawas Inodonesia Packaging Recovery Organization (IPRO), Mignonne Maramis, mengapresiasi workshop yang digelar 27 Nopember sampai 2 Desember 2022 itu. Forum itu, menurut Mignonne, dapat menghimpun ide dan pengetahuan dari akademisi, peneliti, dan komunitas, untuk mencari solusi penanganan sampah diIndonesia.
“Seperti hari ini kita bicara tentang solusi reuse, maka perlu perlu edukasi jangka panjang untuk mengubah gaya hidup masyarakat melalui platform tersebut,” katanya.
Mignonne menambahkan, harus ada banyak alternatif penanganan sampah sehingga masyarakat bisa memilih sesuai dengan tingkat ekonomi mereka.
“Tidak ada satu solusi yang bisa menjawab persoalan sampah, karenanya kita duduk bareng di sini, mencari ide, gagasan dan berbagi pengalaman, best practice di negara-negara lain,” ujar dia.
Mignonne berharap apa yang mengemuka dalam workshop tidak berhenti sebagai wacana dan kajian semata tetapi digunakan oleh para pemangku kepentingan dalam membuat kebijakan. “Sehingga ada solusi penanganan sampah kemasan dari hulu ke hilir ” katanya.
Penulis: Eni Saeni.