Cegah Perubahan Iklim, IPRO Ajak Generasi Muda Merawat Bumi

oleh Envira ID
  • Mustahil penanganan sampah dapat berhasil tanpa edukasi. Keduanya harus berjalan beriringan, mulai dari memilah sampah, mengembalikan sampah organik ke tanah hingga mengembalikan sampah nonorganik ke industri daur ulang.

envira.id, Depok – Generasi muda, khususnya kaum milenial dan Gen-Z memiliki peran strategis sebagai agent of change untuk mencegah terjadinya perubahan iklim. Untuk itu, anak muda dapat melakukan aksi bersama dalam program edukasi dan penanganan sampah untuk bumi yang sehat, hijau dan lestari.

Itulah kesimpulan  dialog hybrid yang bertajuk “Generasi Muda Berwawasan Lingkungan” yang digelar oleh Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) bekerja sama dengan  Komunitas Palakali Creative Art di Studio seni Palakali Creative Art Space & Gallery di kawasan Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat, pada 3 April 2023. 

Dialog hybrid yang didukung oleh Caretakers of Environment International ini diikuti oleh puluhan siswa  sekolah alam tingkat SLTP dan SLTA dari Depok, Bogor, dan Medan serta 59 peserta asal Hongkong, Thailand, dan Meksiko yang bergabung secara online. 

Kepala Subdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik, saat membuka acara itu menyebut kini semakin banyak anak muda  yang ambil  bagian dalam program edukasi lingkungan dan penanganan sampah. 

“Hingga kini tercatat 209 wirausaha muda yang  fokus di bisnis yang berkontribusi pada pengurangan sampah, antara lain bisnis  jasa reuse dan refill produk. Melalui aksi tersebut mereka telah merawat bumi,” kata Uso, saapan akrab  Ujang Solihin Sidik.

General Manager IPRO, Zul Martini Indrawati mengapresiasi sekaligus bangga munculnya generasi muda yang menggeluti sociopreneurship, khususnya dalam penanganan sampah. 

Hal itu, kata dia, sejalan dengan tingkat kepedulian anak muda terhadap isu lingkungan, meningkat dalam dua tahun terakhir.  Ia mengutip hasil lembaga survei  Kedai Kopi,  dimana mayoritas  77,4% anak muda di Indonesia tertarik pada isu lingkungan hidup. Hanya 22,6% responden dari kalangan tersebut yang tak tertarik dengan isu lingkungan hidup.

“Meskipun masih ada yang  abai, kita bisa dorong dengan edukasi terus-menerus, sehingga tingkat kepedulian anak muda semakin meningkat setiap tahun,” kata Martini. 

Para peserta dialog “Generasi Muda Berwawasan Lingkungan.”

Selain Martini dan Uso, hadir sebagai narasumber dalam dialog ini antara lain perwakilan dari produsen,  aktivis bank sampah Helda Fachri dan aktivis lingkungan Beti Hestianto.  

Annie Wahyuni, Downstream Packaging Manager Danone Indonesia menyatakan bahwa Danone Indonesia terus mendorong tumbuhnya perubahan perilaku melalui program 100 juta siswa teredukasi peduli sampah melalui program sekolah Adiwiyata. 

“Kami terus meningkatkan pengumpulan, mengurangi jejak karbon di lingkungan dan menggunakan konten daur ulang  100% untuk kemasan botol air mineral,” kata Annie.

Senada dengan Annie, Maya Tamimi, Head of Division Environment and Sustainability Unilever Indonesia Foundation  juga mendukung program edukasi. “Kami memiliki program antara lain, Generasi  Pilah Plastik, dimana kampanyenya adalah pilah-pilih kemasan yang memiliki lebih sedikit jejak karbonnya atau memilih belanja tanpa kemasan atau refill,” ujarnya. 

Helda Fachri, founder Bank Sampah Jaya DanaKirti sepakat bahwa edukasi harus terus menerus dijalankan. Dengan edukasi akan terjadi perubahan mindset menuju perubahan perilaku. 

“Mustahil penanganan sampah dapat berhasil tanpa edukasi. Keduanya harus berjalan beriringan, mulai dari memilah sampah, mengembalikan  sampah organik ke tanah hingga mengembalikan sampah  nonorganik ke industri daur ulang,” kata Helda. 

Sementara itu, Ari Okta, founder Palakali Creative Art Community sangat bersyukur bahwa dialog ini menghadirkan narasumber narasumber yang lengkap dari berbagai sisi. Termasuk komunitasnya yang bergerak diisu sampah. Di sini kami “menyulap” limbah menjadi barang atau benda yang memiliki nilai tambah. 

Ia pun berpesan kepada anak muda, sebelum melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), kita harus refused (menolak).   “Kita harus berani menolak semua potensi yang akan menjadi sampah sebelum melakukan 3R,” kata Ari. 

Penulis: Eni Saeni

 

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?