- Proyek ini bisa memperbaiki hasil ekonomi dari sektor kelautan dan meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir.
envira.id, Jakarta—Dalam rangka persiapan kawasan ASEAN dalam mengimplementasikan Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN, saat ini tengah dipetakan masa depan berkelanjutan di sektor ekosistem laut dan air tawar.
Demi keperluan ini, ASEAN menggandeng Jepang dan Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) dalam proyek inovasi ekonomi biru. “Momentum kehadiran proyek inovasi biru ASEAN sangat strategis,” kata Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn saat meluncurkan proyek ini di Jakarta, Selasa (14/5).
Dikatakan Kao Kim, Inisiatif ini dapat dimanfaatkan dalam untuk pembangunan regional, keberlanjutan lingkungan, dan inklusi sosial-ekonomi.
Proyek ini mencakup ASEAN Blue Innovation Challenge, Program Inkubasi, dan Program Temu Usaha.
Karena itu, lanjut dia, proyek ini bisa memperbaiki hasil ekonomi dari sektor kelautan. Selain itu, inisiatif tersebut dapat meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir dalam menghadapi perubahan iklim dan degradasi lingkungan.
Di kesempatan sama, Duta Besar Jepang untuk ASEAN, Kiya Masahiko mangatakan, kerja sama ini menjadi langkah awal baru menuju 50 tahun ke depan. Salah satunya, melalui kesuksesan ASEAN di bidang ekonomi dan mewujudkan inovasi biru
Ia juga berharap, apa yang dilakukan Jepang berkolaborasi dengan UNDP ini dapat memberikan manfaat ekonomi bagi seluruh wilayah. Salah satu hal penting dan proyek ini adalah katalisator untuk mendorong kerja sama dan investasi di bidang ekonomi dan lingkungan.
Inisiatif inovasi ekonomi biru ASEAN dilatarbelakangi oleh kondisi ASEAN yang memilik potensi ekonomi maritim dunia. Kawasan ini memiliki sumber daya kelautan yang ditaksir mencapai 2,5 triliun dolar AS (lebih dari 40 quadriliun rupiah) per tahun. Jumlah ini setara dengan lima persen ekonomi global.
Sayangnya, potensi ekonomi yang besar itu tidak sepenuhnya dapat dikelola dengan baik. Sejumlah tantangan yang dihadapi di antaranya penangkapan ikan berlebih, degradasi habitat, dan polusi laut .
Situasi ini menjadi ancaman yang signifikan bagi ekosistem laut dan air tawar di kawasan. Apalagi, sekitar 64 persen dari basis perikanan di seluruh negara ASEAN berada pada risiko sedang hingga besar karena penangkapan ikan yang berlebihan dan metode penangkapan ikan yang merusak.
Perubahan iklim memperburuk tantangan yang dihadapi. Level suhu yang meningkat secara konsisten dari 0,14°C menjadi 0,20°C per dekade sejak 1960-an memperburuk taraf hidup penduduk pesisir dan menurunnya produktivitas ekosistem. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto