- Sampah yang dikelola dengan benar tidak akan menyisakan sampah untuk dikirim ke TPS atau TPA karena sudah memiliki nilai ekonomi. Peran teknologi menjadi penting.
envira.id, Jakarta—Setelah dianggap sukses dalam penerapan teknologi Manajemen Sampah Zero (MASARO) di Kota Dumai, Provinsi Sumatera Utara, PT INTI Konten Indonesia (PT INTENS) mulai memperluas implementasi pengelolaan sampah terpadu itu di berbagai daerah.
Pengolahan Sampah (MASARO) berkapasitas 10 ton yang terdiri atas unit pemilahan, instalasi pengolahan sampah anorganik (IPSA), rumah kompos MASARO (RKM), dan sarana pendukung di Kota Dumai di mulai sejak 20 September 2022.
Bentuk pengelolaan sampah terpadu ini membuat Kota Dumai meraih apresiasi Piala Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 1 Maret 2023, pertama kali sejak 1999.
Keberhasilan inilah yang membuat Pemerintah Kota Dumai berencana membangun fasilitas serupa dengan kapasitas jauh lebih besar yang akan dibangun pada April 2023. Kepastian ini dituangkan dalam nota Kesepahaman dua belah pihak pada 24 Maret 2024. Menggunakan teknologi yang sama, kapasitas akan ditambah menjadi 30 ton.
“PT INTI (Persero) akan terus tumbuh ekspansif sebagai BUMN teknologi,” kata Vice President Corporate Secretary PT INTI, Delvia Damayanti, dalam keterangannya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Karena itulah, kata Delvia, pihaknya berkomitmen untuk mereplikasi pemanfaatan teknologi MASARO dalam pengelolaan sampah terpadu tanpa limbah (zero waste) ke berbagai daerah. Sebagai langkah awal, teknologi ini akan diterapkan di Magelang, Gorontalo, Bali, dan Garut.
Sebagai informasi, data KLHK menyebut, volume sampah di Indonesia pada 2021 mencapai 68,5 juta, kemudian melonjak menjadi hingga 70 juta ton di tahun 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 24 persen atau sekitar 16 juta ton di antaranya berupa sampah yang tidak dikelola. Kondisi ini menunjukkan jumlah dan jenisnya terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi.
Direktur PT INTENS, Rizqi Ayunda Pratama menjelaskan keunggulan dari teknologi yang dikembangkan bersama Teknologi Bandung (ITB). Sebenarnya, cara kerja ini secara mendasar sama, yakni mengubah pola cost center (Kumpul – Angkut – Buang) menjadi profit center (Pilah – Angkut – Proses – Jual).
Harapannya, kata dia, tidak ada lagi sampah yang terbuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena semua sampah sudah terolah menjadi barang yang bernilai ekonomi.
“Perangkat teknologi ini dapat diakses via e-catalog sehingga sangat memudahkan birokrasi,” kata dia. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto