- Masyarakat diajak untuk aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, dimulai dari mengurangi sampah makanan. Sebab hal ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah.
envira.id, Jakarta—Jumlah sampah makanan yang “diproduksi” Indonesia saat ini tercatat mencapai 20,93 juta ton dalam setahun. Limbah sisa makanan ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
Bila saja masyarakat dapat melakukan pengurangan atau bahkan tidak menghasilkan sampah makanan sama sekali, itu berarti ikut secara aktif dalam upaya peningkatan ketahanan pangan.
“Mengurangi limbah makanan itu artinya meningkatkan ketersediaan pangan di tengah krisis pangan global sekaligus mengurangi tekanan terhadap lingkungan,” kata pendiri Foodbank of Indonesia (FOI) Hendro Utomo dalam sebuah diskusi, awal pekan ini.
Untuk itu, Hendro mengajak seluruh masyarakat untuk tidak membuang-buang makanan mengingat jumlah limbah makanan yang sudah sangat tinggi.
Lebih lanjut ia mengatakan, berdasarkan estimasi World Food Program (WFP), ditahun 2023 ini, ada lebih dari 345 juta warga dunia menghadapi kerawanan pangan. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2020 lalu.
Hendra mengungkapkan, meski ketahanan pangan Indonesia pada 2022 naik lima kali peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun, posisi ini masih berada di paruh bawah pemeringkatan. Dari 113 negara, Indonesia berada di posisi 63.
“Pencapaian ini masih di paruh terbawah pemeringkatan yang berada di angka 60,2,” tegas Hendra.
Karenanya, Hendra mengajak masyarakat untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan, dimulai dari mengurangi sampah makanan. Sebab upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, melainkan membutuhkan peran serta aktif seluruh lapisan masyarakat.
Sementara itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk mengatasi jumlah sampah makanan, yang merupakan penyumbang terbesar timbulan sampah di Indonesia.
Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan pemerintah Denmark dalam bentuk pengembangan perencanaan, pemantauan, evaluasi, serta perumusan kebijakan mengenai rencana aksi food loss and waste (FLW).
“FLW ini nantinya akan selaras dengan pengembangan peta jalan dan rencana aksi ekonomi sirkular di Indonesia,” tandas dia.
Hal lain yang dilakukan adalah menjajaki dan memfasilitasi peluang investasi proyek percontohan serta bertukar pengetahuan terkait kebijakan dan peraturan, model tata kelola, dan praktik terbaik pelaksanaan sumber daya FLW secara efisien. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto