- Minimnya Perda persampahan yang dimiliki daerah bisa menjadi ancaman pengelolaan sampah yang semrawut di tengah lonjakan volume limbah selama libur lebaran.
envira.id, Jakarta—Mudik merupakan hajat nasional yang telah menjadi agenda penting tahunan yang selalu dinantikan oleh jutaan masyarakat Indonesia. Setelah hampir tiga kali mudik Idulfitri dibatasi karena pandemi, pada 1 Syawal 1444 H ini, arus mudik dan pergerakan orang sudah dibebaskan. Tidak ada lagi pembatasan.
Kebijakan ini tentu segera direspons antusias masyarakat dengan rencana perjalanan ke kampung halaman. Jumlahnya menurut prediksi Kementerian Perhubungan mencapai hingga 123,8 juta. Angka ini berarti naik 47% dibandingkan tahun sebelumnya.
Yang terbayang oleh kita bagaimana ramainya jalur-jalur keberangkatan di semua moda transportasi. Di tempat-tempat itu, dan di sepanjang perjalanan, akan berserakan sampah-sampah yang ditinggalkan para pemudik. Wadah bekal makanan dan minum sering kali dibuang pemudik tanpa bertanggung jawab. Lempar di sembarang tempat. Walhasil, kita sering melihat pemandangan dan bau kurang sedap selama mudik.
Ada data menyebut, pada 2022 tahun lalu, selama masa mudik sekitar dua minggu, timbulan sampah akibat hajat nasional itu mencapai hingga 30 juta kilogram dari 85,5 juta pemudik. Asumsinya, setiap pemudik membuang ½ kilogram sampah. Angka ini jauh lebih besar dari prediksi tahun 2018, dengan jumlah pemudik mencapai 19 juta dan asumsi per orang membuang 0,1 kilogram, maka sampah yang dihasilkan mencapai 13.500 ton.
Jika menggunakan perkiraan data dari Kementerian Perhubungan yang mencapai 123,8 juta pemudik di tahun 2023 ini, bisa dibayangkan, berapa jumlah timbulan sampah yang muncul dalam periode mudik tahun ini. KLHK telah mengeluarkan data perkiraan jumlah sampah selama mudik tahun ini, yakni mencapai 49.520 ton sampah .
Jenis sampah yang dihasilkan selama masa mudik selalu sama dari tahun ke tahun, yakni kantong plastik, botol plastik, bungkus mi instan, plastik makanan ringan, dan juga kemasan makanan sekali pakai. Padahal, bahan-bahan ini selalu menjadi penyumbang utama sampah di Indonesia.
Kondisi sampah plastik di Indonesia saat ini masih cukup memprihatinkan. Komposisi sampah plastik mendominasi sampah domestik di Indonesia, yakni sebesar 18,12%. Namun, yang lebih menghawatirkan hanya sekitar 10% sampah plastik yang kembali masuk ke dalam sistem daur ulang. Selebihnya, tercampur dengan jenis sampah lain dan bahkan bocor ke lingkungan, sampai ke sungai dan laut.
Tentu saja ini menjadi pekerjaan rumah berat yang harus dipikul oleh semua orang, tanpa terkecuali. Dampak lingkungan dari kebocoran sampah tentu tak pilih-pilih karena pencemaran meliputi tanah, udara, dan air. Mudik yang ungal-ugalan dalam berperilaku lingkungan di perjalanan bisa makin membebani target pemerintah untuk mengurangi timbulan sampah dan pengelolaannya jika tidak dikelola dengan baik.
Target itu bisa makin terseok-seok karena hanya sekitar 35% masyarakat yang terlayani fasilitas pengelolaan sampah. Sampah yang muncul mendadak, bukan saja akan muncul selama masa mudik, tetapi juga sepanjang libur lebaran yang bersamaan pula dengan libur sekolah.
Artinya, jika daerah tidak siap untuk menghadapi lonjakan volume sampah yang tiba-tiba ini, maka dipastikan pengelolaan sampah tidak akan dapat berjalan dengan baik, terutama selama periode Idulfitri dan semingu setelahnya.
Kondisi ini makin runyam karena dari 514 kabupaten/kota di Indonesia hanya 45% yang sudah memiliki Perda Persampahan dan Perda Retribusi Persampahan. Tanpa adanya aturan yang mendukung, bisa dibayangkan bagaimana rumit dan semrawutnya pengelolaan sampah dari timbulan sampah yang mendadak naik itu.
Suasana bisa tambah gawat jika daerah tidak mempersiapkan personel—sebagian besar mengambil cuti—dan armada pengangkut sampah yang disiagakan selama mudik dan libur Idulfitri. Tanpa kesiagaan, siap-siap saja sampah tidak terangkut dan berceceran di jalan-jalan. Belum lagi kondisi TPA di banyak daerah yang masih jauh dari layak untuk sebuah tempat penampungan sampah, alih-alih berharap sampah dapat dikelola dengan baik.
Maka, agar liburan dan mudik tetap nyaman, sebaiknya kita mempersiapkan segala semuanya dengan baik. Seperti siapkan makanan dalam kemasan ramah lingkungan. Hindari membeli makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik sekali pakai atau styrofoam. Gunakan wadah yang dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibawa.
Selama perjalanan, pastikan untuk membuang sampah pada tempatnya. Jangan membuang sampah sembarangan di jalan atau di tempat-tempat umum. Anda bisa menampung sampah dalam kantong plastik atau kantong kertas yang dapat digunakan kembali, dan membawanya sampai Anda menemukan tempat pembuangan sampah yang sesuai.
Saat tiba di tempat tujuan, jangan lupa untuk membuang sampah dengan benar. Pastikan untuk memilah sampah sesuai jenisnya, seperti plastik, kertas, atau organik, dan membuangnya pada tempat yang telah disediakan. Jangan membuang sampah ke sungai atau tempat lain yang dapat merusak lingkungan.
Semoga perjalanan Anda aman, nyaman dan selamat sampai tujuan. Selamat Mudik! []
Penulis: Ahmadi Supriyanto