- Pemkot setempat telah melakukan berbagai upaya, di antaranya program bank sampah dan budidaya maggot. Hanya butuh kesadaran masyarakat yang lebih tinggi.
envira.id, Jakarta—PeringatanEarth Day atau Hari Bumi yang berlangsung setiap 22 April dijadikan ajang tepat untuk mengedukasi masyarakat. Seperti dilakukan oleh Pemerintah Kota (pemkot) Mojokerto yang menyosilisasikan pentingnya pengolahan sampah organik dan anorganik.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengajak seluruh masyarakat mengurangi sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui berbagai upaya sederhana.
“Kita punya bank sampah, serta program budi daya maggot. Mari kita optimalkan itu sebagai upaya mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA,” tutur Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto, M. Ali Kuncoro dalam kesempatannya, Senin (22/4).
Seperti diketahui, Earth Day yang diperingati setiap 22 April 2024, mengambil tema “Planet vs Plastic”. Tema ini diambil sebagai bagian dari kampanye untuk mengakhiri penggunaan plastik demi kesehatan manusia dan bumi. Ajakan yang digaungkan adalah mengurangi 60 persen produk seluruh jenis plastik pada 2040.
Selain itu, limbah dan sampah, utamanya plastik, merupakan salah satu sumber penghasil gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global dan berakibat pada perubahan iklim.
Menurut World Health Organization (WHO), dunia menghasilkan sampah sekitar 2 miliar ton per tahun. Sebagian besar dari jumlah tersebut tidak didaur ulang, yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan. Tidak hanya itu, timbulan sampah padat yang tidak didaur ulang juga menyebabkan emisi karbon yang besar.
Sebuah studi memperkirakan, pada 2050 jumlah sampah secara global akan meningkat mencapai 3,4 miliar ton. Sampah sebanyak itu akan menghasilkan gas rumah kaca berbahaya yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Atas keprihatinan keadaan inilah Pemkot Mojokerto akan mengoptimalkan bank sampah dengan melakukan sinergi dengan program “Bapak Samerto” atau bayar pajak pakai sampah.
Layanan “Bapak Samerto” saat ini sudah bertransformasi dalam bentuk digital dengan inovasi “Bajak Sambal Terasi” atau, bayar pajak pakai sampah langsung terintegrasi). []
Selain bank sampah, upaya pengurangan timbunan sampah juga dilakukan dengan menerapkan budi daya maggot. Inovasi dinilai efektif menekan produksi sampah jenis organik di skala rumah tangga.
“Sampah basah dapat digunakan untuk pakannya maggot sebagai makanan unggas. Seperti nasi sisa kemarin, sayur sisa kemarin, kulit buah-buahan, dan lain sebagainya. Ini menguntungkan karena bernilai ekonomi,” tandasnya.
Ali mencontohkan, dengan budi daya maggot sebagai pakan ikan seperti lele, biaya produksi dapat ditekan sehingga keuntungan menjual lele akan membaik karena harga pakan lebih murah dengan kualitas lele yang tidak berubah.
Penulis: Ahmadi Supriyanto