- Kota Bandung tidak memiliki TPA sendiri. Sampah-sampah yang dihasilkan Kota Bandung selama ini masih bergabung di TPA Sarimukti yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat.
envira.id, Jakarta — Sampai saat ini persoalan sampah masih menjadi isu penting kota-kota di Indonesia sehingga menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo. Belum reda isu itu, Kota Bandung menjadi sorotan karena tumpukan sampah yang tak terangkut.
Timbulan sampah di Kota Kembang itu memang yang terbanyak se-Jawa Barat. Mengutip Open Data Jabar, pada tahun 2021, sampah di wilayah ini mencapai 1.529 ton per hari, sedikit lebih tinggi dari Kota Bekasi yang mencapai 1.501 ton per hari. Kemudian disusul Kabupaten Bandung (1.489 ton), Kota Depok (1.419 ton), dan Kabupaten Bekasi (1.194 ton).
Secara rerata, timbulan sampah dari 27 kabupaten/kota Jawa Barat pada tahun 2021 mencapai 586,7 ton per hari. Jumlah ini sesungguhnya jauh menyusut bila dibandingkan tahun 2020 yang rerata mencapai 944,7 ton sampah per hari.
Bila merujuk data tahun tahun 2021, maka setiap harinya warga Kota Bandung menghasilkan 0,63 kg sampah per hari. Tingginya sampah ini, seperti pernah disampaikan Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna, pola pikir terhadap sampah yang masih belum berubah, yakni sebagai permasalahan padahal sampah dapat diubah menjadi potensi.
Dari mayoritas sampah yang beredar di Kota Bandung itu, sebanyak 44,5 persen merupakan sisa makanan. Lalu, sampah plastik 16,7 persen. Karton sebanyak 13,2 persen. Kemudian sampah kain sebanyak 4,75 persen. Jika penanganan sampah masih dilakukan konvensional, maka Ema memprediksi sampah Kota Bandung bisa mencapai 1.700 ton tahun 2023 ini.
Problem utama yang dihadapi, salah satunya karena Kota Bandung tidak memiliki TPA sendiri. Sampah-sampah yang dihasilkan Kota Bandung selama ini masih bergabung di TPA Sarimukti yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat.
Belum lagi masalah infrastruktur kurang mendukung, terutama saat hujan, jalan menuju dan di dalam TPA sangat berlumpur sehingga sulit dilalui truk sampah. Kendala lainnya seperti kerusakan pada alat berat yang bisa menghambat pengelolaan di TPA Sarimukti. Inilah yang terjadi beberapa hari ini, antrean yang mengular di TPA Sarimukti menyebabkan sampah menumpuk di Kota Bandung.
Tapi, Pemkot Bandung tidak berdiam diri. Ema bilang, pihaknya terus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa sampah bukanlah masalah tetapi harus bisa menjadi potensi. “Tentu ini tidak mudah,” kata Ema.
Namun setidaknya, saat ini, di Kota Bandung, ada 10 persen RW yang sudah baik dalam menangani masalah sampah. Langkah lain yang ditempuh untuk mengoptimalkan sampah adalah berkolaborasi dengan ITB dalam program Smart with Living Lab (SWLL).
Ada beberapa kawasan yang sudah ditentukan, yakni DDG (Dago DU Ganesha), dan di Braga. Kota Bandung juga telah mendapatkan bantuan dari PUPR berupa Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Refused Derived Fuel (RDF) di Holis.
“Ini bisa menjadi potensi ekonomi dan peluang lapangan kerja yang baru. Ini menjadi salah satu strategi yang sangat efektif jika bisa kita terapkan di seluruh kecamatan,” terang Ema. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto