- Meski sampah plastik dapat didaur ulang, butuh waktu lama dan biaya tambahan.
envira.id, Jakarta—Kemasan guna ulang terbukti bisa membantu mengurangi timbulan sampah plastik yang dapat mempengaruhi keberlanjutan lingkungan. Hal ini ini terlihat dari hasil sampel riset galon air yang menunjukkan, tanpa penggunaan galon guna ulang, tujuh dari 10 konsumen akan beralih pada penggunaan kemasan sekali pakai,
“Salah satu alasan konsumen memilih galon guna ulang adalah membantu meminimalisir dampak lingkungan,” kata Peneliti ekonomi lingkungan lembaga penyelidikan ekonomi masyarakat FEB UI, Bisuk Abraham Sisungkunon, dalam keterangan resmi Danone Indonesia di Jakarta, Kamis (2/4).
Ia mengingatkan, meski sampah plastik dapat didaur ulang, butuh waktu lama dan biaya tambahan untuk menjalankan proses pengumpulan dan penyortiran.
Sebab, sambung Bisuk Abraham, industri menggunakan plastik yang berbeda saat membuat kemasan sehingga pengepul perlu memisahkan kemasan sekali pakai, label, dan juga tutupnya.
Karenanya, sambung Bisuk Abraham, tanpa penggunaan plastik guna ulang, maka hal ini akan menyebabkan, timbulan sampah kemasan sekali pakai hingga 770 ribu ton per tahun. Akibatnya, emisi sampah plastik akan bertambah hingga 1.655.500 ton per tahun.
Kondisi kemasan daur ulang juga memiliki keterbatasan titik kumpul. Akibatnya, sampah daur ulang akan ada yang bocor ke lingkungan karena tidak terangkut dan menyumbangkan emisi karbon.
“Penggunaan galon guna ulang diperkirakan dapat mengurangi timbulan sampah plastik di tempat pembuangan akhir hingga 316 ton per tahun,” kata Bisuk Abraham.
Sehingga, sambungnya, langkah tersebut dapat dijadikan cara konkret untuk mengatasi permasalahan plastik. Terlebih menurut data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), galon guna ulang digunakan oleh 96,4 persen industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Artinya, pengguna galon sekali pakai hanya sekitar 3,6 persen.
Statistik ini menunjukkan, penggunaan galon guna ulang di industri AMDK di Indonesia merupakan praktik penggunaan kemasan guna ulang terbesar di dunia.
Data National Plastic Action Partnership menyebut volume sampah plastik di Indonesia tumbuh sebesar 5 persen setiap tahunnya. Hal ini yang kemudian oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk dikurangi hingga bisa memangkas sampah hingga 30 persen dan melakukan penanganan sampah sebesar 70 persen di tahun 2025.
Atas misi pemerintah itulah, Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan pihaknya secara konsisten mengimplementasikan pendekatan bisnis yang komprehensif dengan tiga fokus utama.
Pertama, pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah plastik. Kedua, edukasi bagi konsumen untuk turut bertanggung jawab atas sampa. Ketiga inovasi atas kemasan yang digunakan, termasuk kemasan galon guna ulang.
Saat ini, sambung Karyanto, 70 persen bisnis Danone-AQUA merupakan produksi air minum dengan kemasan galon guna ulang sepenuhnya sirkular. Model penerapan bisnis ini dapat mengurangi timbulan sampah yang bisa terjadi, sekaligus menghadirkan produk air berkualitas. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto