Kabar Bagus, Kualitas Air Indonesia Membaik

Masih belum mencapai target

oleh Ahmadi
  • Formulasi IKA  disusun melalui pengambilan keputusan dengan melibatkan 93 panelis terkait bidang air. Penyajiannya dibuat sederhana agar mudah dipahami banyak orang. 

envira.id, Jakarta — Baru-baru ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis skor Indeks Kualitas Air (IKA) di Indonesia tahun 2022. Hasilnya cukup melegakan, yakni di angka 53,88 poin. Capaian ini merupakan yang tertinggi dalam delapan tahun terakhir (2015-2022).

Skor IKA tahun 2022 mengalami kenaikan 2,01% dibandingkan tahun 2021 yang berada di level 52,82 poin. Namun, tetap saja apa yang dicapai tahun 2022 itu tidak sesuai yang ditargetkan, di angka 55,03 poin.  Indeks Kualitas Air adalah suatu nilai yang menggambarkan kondisi kualitas air yang merupakan nilai komposit parameter kualitas air dalam suatu wilayah pada waktu tertentu

Selama delapan tahun, skor IKA mengalami pasang surut. Tahun 2015 tercatat 52 poin. Kemudian tahun 2016 turun ke posisi 50,2 poin. Di tahun 2017 naik lagi menjadi 53 poin. Setahun berikutnya 2018 kembali turun ke level 51,01 pin. Selanjutnya, dua tahun berturut-turut pada tahun 2019 dan 2020 mengalami kenaikan 52,62 poin dan 53,53 poin. Tapi, tahun 2021 turun lagi menjadi 52,82 poin dan di tahun 2022 menjadi 52,88 poin.

Bila dilihat berdasarkan wilayah, ada 14 provinsi dan 225 kabupaten/kota yang berhasil mencapai target skor IKA pada 2022. Kemudian, 192 kabupaten/kota dari 4.884 titik pantau mengalami Peningkatan, karena ketersediaan anggaran dan implementasi kegiatan seperti pengawasan terhadap industri dan pembinaan usaha skala kecil. Sementara, sebanyak 157 kabupaten/kota dari 3.881 titik pantau tercatat mengalami penurunan.

Sebagai informasi, sejak 2015, KLHK mengembangkan formulasi IKA sebagai instrumen penilaian kualitas air. Formula ini diaplikasikan untuk mendukung pengelolaan kualitas air sungai di Indonesia. Indonesia mempunyai banyak sungai yang tersebar, baik di provinsi maupun kabupaten/kota. KLHK memandang penting keberadaan air sungai yang merupakan sumber daya alam yang perlu dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengendalian terhadap pencemaran sungai, menjadi hal yang penting dilakukan di masing masing wilayah.

Formulasi IKA dikembangkan dengan metode yang mengacu pada NSF-WQI Amerika. Metode ini telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Formulasi IKA  disusun melalui pengambilan keputusan dengan melibatkan 93 panelis terkait bidang air. Mereka  berasal dari perguruan tinggi, instansi lingkungan, laboratorium lingkungan pemerintah dan swasta; serta peneliti untuk pemilihan parameter, pembobotan dan penyusunan kurva sub indeks.

Dari hasil pengambilan keputusan melalui metode delphy ini, terpilih 10 parameter (DO, fecal coliforn, BOD, pH, COD, T-P, TSS, NO3, NH3, TDS), bobot parameter dan kurva subindeks.

Pengembangan instrumen IKA merupakan alternatif penilaian kualitas air hasil penilaian yang mudah dipahami, karena IKA menggunakan parameter umum dan terbatas, namun tidak menghilangkan esensinya dan dapat melacak kembali komponen penyusunnya. Dengan begitu, IKA dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan pengelolaan untuk peningkatan kualitas air yang tepat. []

Penulis: Ahmadi Supriyanto

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?