- Partikel tak kasat mata itu, sudah ditemukan di komponen kehidupan masyarakat mulai dari air hingga udara. Partikel super mungil ini juga teridentifikasi dalam darah, asi dan paru-paru manusia.
envira.id, Jakarta — Refleksi akhir tahun 2022 lalu, wawasan lingkungan Indonesia justru disuguhi berita kurang sedap. Kabar tercemarnya 68 sungai Indonesia yang mengandung mikroplastik membetot perhatian publik.
Partikel tak kasat mata itu, sudah ditemukan di komponen kehidupan masyarakat mulai dari air hingga udara. Ikan bahkan juga ikut tercemar partikel mikroplastik. Lebih meresahkan lagi, partikel super mungil ini juga sudah teridentifikasi dalam darah, asi dan paru-paru manusia.
Data Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022 menemukan, partikel plastik yang berukuran kurang dari 5mm itu didimonasi oleh beberapa unsur pencemar. Pertama, unsur fibre atau serat (20%), sumbernya berasal dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga, seperti pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fibre juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena faktor alam, contohnya, suhu dan arus air.
Kedua, filamen (60%) berasal dari degradasi sampah plastik tipis dan lentur (kresek dan kemasan plastik Single layer SL). Ketiga, fragment (60%) berasal dari degradasi sampah plastik kaku dan tebal (kemasan saset multilayer ML, tutup botol, botol sampo dan sabun).
Keempat, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik. Dan, kelima, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari styrofoam atau plastik lainnya meliputi polistirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).
Biasanya, masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yangdiperkirakan sehingga berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup. Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) dalam keterangannya menyebut, berdasarkan komponennya, plastik tersusun oleh senyawa utama meliputi styrene, vinil klorida dan bisphenol A.
Bila tubuh terpapar senyawa itu, bisa menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, seperti iritasi atau masalah pernafasan, mengganggu hormone endokrin sampai berpotensi menyebabkan kanker. Senyawa tambahan yang dicampurkan ke dalam plastik meliputi phthalate, penghalang api, dan alkali phenol yang juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas endokrin hingga berdampak pada kesuburan.
Selanjutnya, senyawa dari plastik memiliki aktivitas mengganggu hormon estrogen sehingga jika masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen. Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnormal seperti penurunan jumlah sel leydig pada biota jantan.
Dalam rilis sebelumnya, Ecoton merilis ada 68 sungai Indonesia yang tercemar mikroplastik. Lima provinsi yang paling tinggi tercemar partikel mikroplastik, yakni Jawa Timur (636 partikel/100 liter air), Provinsi Sumatera Utara (520 partikel/100 liter), Provinsi Sumatera Barat (508 partikel/100 liter), Provinsi Bangka Belitung (497 partikel/100 liter), dan Provinsi Sulawesi Tengah (417 partikel/100 liter).
Keadaan sungai di Indonesia yang sampai saat ini dinilai masih buruk karena banyak ditemukan sampah plastik di bantaran dan badan air, tentu sangat memprihatinkan. Mengingat, air sungai memiliki peranan vital dalam kehidupan makhluk hidup. Air sungai berperan sabagai habitat berbagai macam organisme. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto