- Komitmen negara-negara untuk mencapai nol deforestasi pada 2030 membutuhkan konsistensi kebijakan. Indonesia sudah memulainya dengan target NDC yang ditingkatkan (enhance NDC).
envira.id, Jakarta—Hari ini, dunia memperingati Hari Hutan Internasional atau International Day of Forest. Mengusung tema “Hutan dan Kesehatan” warga dunia diajak untuk menyadari arti pentingnya hutan bagi penopang kesehatan hidup manusia.
Tetapi sebenarnya, bagaimana sesungguhnya kondisi hutan di dunia saat ini? Data dari Global Forest Watch yang mengutip hasil publikasi University of Maryland mencatat, daerah tropis kehilangan 11,1 juta hektar tutupan pohon di tahun 2021.
Pusat perhatian dari temuan itu adalah hilangnya 3,75 juta hektar hutan hujan primer tropis. Padahal, hutan ini merupakan area sangat penting untuk penyimpanan karbon dan keragaman hayati. Hilangnya hutan primer tropis di tahun 2021 itu menghasilkan 2,5 Gt emisi karbon dioksida, setara dengan emisi tahunan yang dihasilkan India dari bahan bakar fosil.
Data Global Forest Watch juga menyebut, tingkat kehilangan hutan primer di daerah tropis sangat konsisten selama beberapa tahun terakhir, namun di tahun 2021 terjadi penurunan 11% bila dibandingkan tahun 2020, setelah meningkat sebelumnya sebanyak 12% sejak 2019 ke 2020. Sebagian besar kehilangan hutan primer itu disebabkan kebakaran hutan.
Perhatian tidak saja ditujukan pada hutan tropis tetapi juga hutan boreal—terutama di Rusia—yang mengalami kehilangan tutupan pohon yang belum pernah terjadi sebelumnya di tahun 2021. Sebagian besar kehilangan hutan ini juga disebabkan oleh kebakaran.
Kondisi ini menekankan perlunya tindakan serius dari negara-negara di dunia untuk mencapai nol deforestasi global. Maka, di bawah Deklarasi Pemimpin Glasgow tentang Hutan dan Penggunaan Lahan, 141 negara berkomitmen untuk secara kolektif menghentikan dan mengembalikan kehilangan hutan pada tahun 2030.
Upaya ini diakui sangat berat karena membutuhkan penurunan yang konsisten setiap tahun sampai tenggat itu tercapai. Dalam laporan itu, penurunan kehilangan hutan, terutama daerah tropis secara keseluruhan belum pernah terjadi sebelumnya, kecuali Indonesia dan Malaysia.
Kehilangan hutan primer di dua negara ini disebutkan telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, ada Gabon dan Guyana, yang telah kehilangan 1% atau kurang dari hutan primer mereka dalam dua dekade terakhir.
10 Negara Teratas Kehilangan Area Hutan Primer
- Brasil (1.548.657 hektar)
- Republik Demokratik Kongo (499.050 hektar)
- Bolivia (291.379 hektar)
- Indonesia (202.905 hektar)
- Peru (154.278 hektar)
- Kolombia (128.563 hektar)
- Kamerun (88.756 hektar)
- Laos (80.939 hektar)
- Malaysia (72.234 hektar)
- Kamboja (63.982)
Indonesia, dalam catatan Global Forest Watch menyebut, tingkat kehilangan hutan primer di Indonesia terus menurun pada tahun 2021 sebesar 25% dibandingkan tahun 2020. Hal ini menunjukkan Indonesia sedang menuju ke arah yang benar untuk memenuhi sebagian dari komitmen iklimnya.
Seperti dikatakan Menteri LHK Siti Nurbaya pada Hari Bakti Rimbawan ke—40, ditegaskan, untuk mencapai sasaran Persetujuan Paris, setiap negara diharuskan berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kacara (GRK). Komitmen penurunan tersebut dituangkan dalam Nationally Determined Contribution (NDC).
Untuk Indonesia, tegas Menteri Siti, NDC pertama telah ditetapkan pada 2015 dengan komitmen penurunan emisi GRK sebesar 29% dengan kemampuan nasional serta 41% dengan dukungan kerja sama teknik luar negeri. Kemudian, Indonesia melakukan peningkatan target komitmen NDC (enhanced NDC) pada 2022, yakni menjadi 31,89% dengan kemampuan nasional dan 43,20% dengan dukungan kerja sama luar negeri.
“Sampai sekarang untuk Indonesia, modalitas dan instrumen utama untk implementasi agenda perubahan iklim sudah terbangun dan terus dilakukan peningkatan,” kata Menteri Siti. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto