- Air bukan sekadar produk alam, tapi produk kolaborasi yang mempersatukan manusia sehingga membutuhkan upaya bersama untuk menjaganya.
envira.id, Jakarta—Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya peran air dalam kehidupan manusia. Tata kelola air yang bermasalah, selain dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, juga berpotensi memicu perang dan menjadi sumber bencana.
“Too much water maupun too little water, keduanya dapat menjadi masalah bagi dunia,” kata Presiden Joko Widodo saat membuka Pertemuan Tingkat Tinggi World Water Forum ke-10, yang dihadiri 48 negara dan organisasi internasional di Bali, Senin (20/5).
Terkait isu itulah, sambung Presiden, Indonesia mendorong empat inisiatif konkret dalam World Water Forum ke-10 di Bali pada 18—25 Mei 2024. Inisiatif itu adalah penetapan World Lake Day, pendirian Center of Excellence di Asia Pasifik, tata kelola air berkelanjutan di negara pulau kecil, dan penggalangan proyek-proyek air.
Jokowi menegaskan, air bukan sekadar produk alam, tapi merupakan produk kolaborasi yang mempersatukan manusia sehingga membutuhkan upaya bersama untuk menjaganya.
Untuk pertama kalinya sejak World Water Forum digelar, persoalan air dunia dibahas di tingkat kepala negara atau High Level Meeting.
Dalam 10 tahun terakhir, jelas Kepala Negara, Indonesia telah memperkuat infrastruktur air dengan membangun 42 bendungan, jaringan irigasi seluas 1,18 juta hektare. Kemudian, 2.156 km pengendali banjir dan pengamanan pantai, serta merehabilitasi 4,3 juta hektar jaringan irigasi.
Indonesia juga telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata sehingga didapuk sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara.
Presiden menegaskan World Water Forum ke-10 sangat strategis untuk merevitalisasi aksi nyata dan komitmen bersama dalam mewujudkan manajemen sumber daya air terintegrasi.
Bagi Indonesia, ada tiga hal yang konsisten didorong Indonesia antara lain, pertama meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusivitas untuk mencapai solusi bersama, terutama bagi negara-negara pulau kecil dan yang mengalami kelangkaan air.
Indonesia juga mendorong pemberdayaan hydro-diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif, menjauhi persaingan dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas.
Bagi Indonesia memperkuat political leadership merupakan kunci sukses berbagai kerja sama menuju ketahanan air berkelanjutan.
Penulis: Ahmadi Supriyanto