- Peran Luna Maya sebagai influencer penting untuk mendorong pertumbuhan pengelolaan sampah di beberapa sektor, seperti perumahan, properti, kawasan komersial, serta pengelola pariwisata.
envira, Jakarta—Aktris Luna Maya memutuskan untuk bergabung dengan Waste4Change untuk mendukung terwujudnya pengelolaan sampah yang bertangung jawab di Indonesia. Luna, yang juga pengusaha itu, bekerja sama dalam bentuk pendanaan atau investasi. Kehadiran influencer dengan pengikut di akun Instagramnya yang mencapai 36,5 juta itu, diharapkan secara bersama-sama dapat mendorong penanganan sampah yang lebih optimal.
Luna terlibat dalam masalah persampahan ini awalnya dimulai dari kegelisahannya melihat sistem pengelolaan sampah yang berjalan tidak optimal. Luna mengaku merasa sedih melihat banyak sampah yang dibuang dengan tidak tepat, bocor ke lingkungan, bahkan bisa ikut mengontaminasi rantai makanan yang dikonsumsi manusia. “Isu permasalahan sampah adalah urusan bersama, termasuk kita sebagai masyarakat biasa,” kata Luna dalam kegiatan tahunan “Waste4Change Shareholder Engagement Meeting”, di Bekasi, Jawa Barat, medio pekan lalu.
Kekhawatiran Luna cukup beralasan. Data United Nations Environment Program (UNEP) 2017, menyebutkan, di antara negara ASEAN, Indonesia diketahui menjadi negara penghasil sampah terbesar, mencapai 64 juta ton per tahun. Besarnya sampah yang dihasilkan Indonesia itu—sebagai konsekuensi populasi penduduk yang besar—membuat pengelolaan sampah di Indonesia tidak mudah. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang sampah. Hingga tahun 2021, tingkat daur ulang di Indonesia berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih di kisaran 11-12%.
Bagi Luna, Waste4Change bukan hal baru. Sebab, sebelum mencemplungkan dananya di penyedia jasa dan layanan pengelolaan sampah perusahaan, individu, dan instansi pemerintah itu, ia terlebih dulu menjadi klien dalam layanan Personal Waste Management Waste4Change. Personal Waste Management merupakan jasa angkut sampah langsung dari rumah untuk memastikan sampah milik klien diangkut secara aman, terpilah, dan diproses secara bertanggung jawab agar daur ulang dapat berlangsung optimal dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir ke TPA.
Setelah menjadi bagian dari Waste4Change, Luna Maya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan layanan Waste4Change di beberapa sektor, seperti kerja sama dengan berbagai developer baik dari perumahan, properti, kawasan komersial, serta pengelola pariwisata. Waste4Change juga berencana mendorong dan mengaktifkan kembali layanan B2C sehingga tidak hanya melayani perusahaan dan bisnis, namun juga dapat melibatkan peran dari masyarakat secara individual.
Luna kemudian mengajak masyarakat bahwa untuk menciptakan lingkungan sehat, bisa dimulai dengan mengelola sampah dengan baik, dimulai dari rumah masing. Caranya menurut Luna sangat gampang, cukup pisahkan sampah sesuai kategorinya masing-masing. “Kamu peduli lingkungan, buang sampah jangan sembarangan, jangan bakar sembarangan, jangan tidak peduli,” tegas Luna.
Sementara itu, Founder dan CEO Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan, Waste4Change punya mimpi besar membantu mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. “Ini bukan masalah yang mudah dan perlu bantuan serta dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya,” kata Bijaksana. “Bergabungnya Luna Maya itu hal yang luar biasa. Ini membuktikan bahwa upaya yang sudah kita lakukan adalah tepat.”
Ia berharap, bergabungnya Luna Maya bisa memberikan contoh yang besar dan luas kepada masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah dan terwujudnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Sebelumnya, Waste4Change telah menyelesaikan pendanaan series A senilai USD5 Juta (setara Rp76,11 miliar—kurs Rp15.221) dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama, dan menargetkan peningkatan pengelolaan sampah secara signifikan menjadi 2.000 ton per hari. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto