- Jika semua pihak mau berkolaborasi, sampah kemasan bisa ditangani secara ekonomi sirkular.
Envira.id, Jakarta – Sampah merupakan masalah nasional yang perlu dikelola secara holistik, sistematis, dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Tantangan untuk menuntaskan masalah sampah sangat besar walau Pemerintah telah membuat regulasi, antara lain Permen LHK No. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.
Kepala Sub Direktorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ujang Solihin Sidik, menyatakan hal itu dalam talkshow bertajuk “Circularity in Action: Peran IPRO dalam Mendorong Ekonomi Sirkular Kemasan Bekas Pakai” di Jakarta Convention Center, Kamis, 6 Oktober 2022.
“Saat ini, pengurangan sampah baru mencapai 16 persen, sedangkan pada konteks penanganan baru di angka 50 sampai 60 persen. Masih ada gap yang cukup besar, masih banyak sampah yang bocor ke lingkungan sekitar 20 sampai 30 persen,” kata Ujang pada acara yang diprakarsai oleh Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO) itu. Talkshow tersebut merupakan rangkaian kegiatan The 5th Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) 2022 ke-5.
Uso, sapaan Ujang Solihin, menuturkan, Pemerintah optimistis jika semua pihak mau berkolaborasi maka sampah bisa ditangani secara ekonomi sirkular. Pemerintah, dalam hal ini KLHK mengapresiasi hadirnya IPRO yang program kerjanya bisa menjadi model penarikan dan pendauran ulang sampah kemasan.
“Produsen lain bisa bergabung (dengan IPRO) untuk sharing knowledge dan sumber daya. Meski penanganan sampah bisa dilakukan sendiri, tapi dengan bergabung (dengan IPRO) pekerjaan menjadi lebih ringan dan efektif, ” ujarnya.
General Manager IPRO, Zul Martini Indrawati menyatakan, pihaknya mengundang lebih banyak produsen untuk bergabung. Saat ini telah tercatat 11 anggota IPRO i yakni, Coca Cola Indonesia, Danone Indonesia, Indofood Sukses Makmur, Nestle Indonesia, Tetra Pak Indonesia, Unilever, HM. Sampoerna, SIG, SC Johnson, Suntory Garuda Beverage (SGB), dan L’OREAL
“Kolaborasi menjadi hal yang penting, di mana Pemerintah yang memiliki regulasi dapat memfasilitasi infraktruktur dan sektor privat dapat mendorong penanganan sampah secara terintegrasi,” katanya.
Martini mengatakan, sejak 1 Januari 2021 IPRO telah membangun kerja sama multipihak untuk meningkatkan pengumpulan dan pendauran ulang sampah kemasan. Hingga saat ini, ada lima jenis material yang pengumpulan dan pendauran ulangnya ditingkatkan yakni jenis material kemasan PET (Polyethylene Terephthalate), UBC (Used Beverage Carton), HDPE (High-density polyethylene), MLP (Multi-Layered Packaging) dan PP (Polyproylene).
Pengumpulan sampah kemasan dilakukan di Jawa Timur, Bali, Lombok dan Jawa Barat, IPRO mengandeng mitra kerja antara lain dengan, Bali PET, BWC, Allendra Kreasindo, Ecobali dan YAPSI, Bali Waste Cycle, Loh Jinawi, Kita Olah Indonesia, Rekadaya Karya Inovasi, Jaya Abadi Plastik dan Waste4Change. .
“Program itu dijalankan melalui skema insentif yang diberikan kepada mitra, dimana dukungan pembiayaan diberikan oleh 11 anggota IPRO yang berkomitmen untuk menarik sampah kemasannya untuk ddaur ulang,” ujar Martini.
Hingga saat ini, IPRO telah membukukan beberapa capaian antara lain, pengumpulan bekas kemasan jenis PET, HDPE, UBC, mencapai 543 persen dari target dan pengumpulan material kemasan melalui mitra (TPS3R, bank sampah, dan aggregator) mencapai 93,86 persen.
Martini berharap ke depan pengumpulan dan pendauran ulang sampah kemasan dapat lebih ditingkatkan lagi.
“Semakin banyak produsen yang bergabung, maka IPRO dapat meningkatkan volume dan memperluas jangkauan wilayah kerja hingga ke seluruh daerah lain di Indonesia,” katanya
Pada akhir September 2022 lalu, IPRO menandatangi perjanjian kerjasama dengan PT Reciki Solusi Indonesia (RSI) selaku pengola TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) di Bangkalan, Madura.
Pengelolaan TPST Bangklaan Madura, menurut Martini, merupakan contoh kerjasama yang apik karena melibatkan Pemkab Bangkalan, pihak swasta, Bank UMKM Jawa Timur, dan industri yang diwakili IPRO.
“IPRO telah memulai model kerja sama multipihak dalam membangun TPST dengan tujuan pengelolaan sampah kemasan lebih terukur,” ujar Martini.
Penulis : Eni Saeni