- Untuk mempermudah implementasi ramah lingkungan selama Ramadan, Pemprov DKI sediakan tas spunbond.
envira.id, Jakarta—Warga Jakarta diimbau untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan selama Ramadan, salah satunya dengan mengurani sisa makanan. Gerakan yang dinamai sebagai “Green Ramadan” ini bisa dimulai dari rumah tangga.
“Kita bisa menunjukkan rasa syukur dengan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan,” kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto melalui keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (19/3).
Aksi “Green Ramadhan”, lanjut dia, dapat dimulai dengan cara masak makanan secukupnya, sesuai kebutuhan. Selain itu, warga juga diajak untuk berhemat dengan memakan hidangan berbuka puasa yang tersisa untuk dimakan kembali saat sahur.
“Prinsipnya, kita kurangi food loss, seperti saat distribusi bahan pangan di pasar-pasar dan kurangi food waste sikap mubazir dalam konsumsi,” tambahnya.
Hal lain yang juga diimbau Asep adalah penggunaan air wudu yang hemat. Ini dapat dilakukan dengan segera menutup keran begitu selesai digunakan atau menutup keran ketika sedang tidak digunakan.
“Sebaiknya kita gunakan air sebanyak yang diperlukan. Air bekas wudu juga bisa digunakan untuk menyiram tanaman,” imbuhnya.
Aksi selanjutnya yang didapat dilakukan adalah hindari penggunaan plastik sekali pakai saat berbelanja. Ia menyarankan agar membawa wadah sendiri ketika membeli makanan dan minuman.
Sebagai pengganti wadah makanan itu, DLH DKI telah menyediakan tempat tas guna ulang spunbond di pasar tradisional. Tas spunbond dibuat dengan cara melelehkan serat plastik, biasanya polipropilen, kemudian ditiupkan dan dibaringkan hingga membentuk lembaran seperti kain.
Gerakan lain yang diajak “Green Ramadan” adalah bijak dalam penggunaan energi. Misalnya mematikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan.
Sekadar diketahui, Indonesia termasuk negara dengan tingkat timbulan food waste tertinggi di dunia. Merujuk data United Nations Environment Programme (UNEP) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020, sampah makanan Indonesia mencapai 20,94 juta ton.
Kondisi ini menempatkan Indonesia pada negara Keempat dengna food waste terbesar. Jika tidak ada upaya optimal yang bisa dilakukan maka limbah makanan akan meningkat hingga 31 persen pada tahun 2030. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto