- Jika lengah dan gagal memitigasi, diproyeksikan pada 2045-2050 akan terjadi perubahan iklim dan krisis pangan.
envira.id, Jakarta—Krisis air menjadi ancaman nyata yang serius, karenanya harus jadi perhatian seluruh negara.
“Salah satu penyebab utama krisis air adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam webinar bertajuk “Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim” Senin (1/4).
Ia menerangkan, kenaikan suhu udara ini mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut, dan berdampak pada fenomena perubahan iklim.
Akibatnya, lanjut dia, dapat memicu krisis air, krisis pangan dan bahkan krisis energi, serta meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi.
“Krisis air merupakan ancaman serius bagi seluruh negara di dunia,” tegasnya.
Berdasarkan data World Meteorological Organization (WMO) yang dikumpulkan dari pengamatan di 193 negara, BMKG memproyeksikan dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi hotspot air atau daerah kekeringan di berbagai negara.
Artinya, tambah dia, akan banyak tempat yang mengalami kekeringan. Ini terjadi di negara maju maupun berkembang.
“Baik Amerika, Afrika dan negara lainnya sama saja (terdampak),” cetus Dwikorita.
Dwikorita menjelaskan, saat ini Indonesia memang belum terdeteksi mengalami hotspot air namun bukan berarti dalam skala lokal kekeringan tidak terjadi.
Masalahnya, kata dia, jika lengah dan gagal memitigasi, diproyeksikan pada 2045-2050 di saat Indonesia memasuki masa emas akan terjadi perubahan iklim dan mengalami krisis pangan.
Food and Agriculture Organization (FAO) bahkan beberapa waktu lalu telah memproyeksikan di tahun tersebut krisis pangan akan menimpa hampir seluruh negara di dunia. Tidak main-main, kurang lebih 500 juta petani skala kecil yang memproduksi 80 persen sumber pangan dunia menjadi pihak yang paling rentan pada perubahan iklim.
“Cuaca ekstrem, iklim ekstrem, dan kejadian terkait air lainnya telah menyebabkan 11.778 kejadian bencana dalam kurun waktu 1970 hingga 2021,” tutup Dwikorita. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto