Acungi Jempol, Mahasiswa Gorontalo Ajari Warga Kelola Sampah

oleh Ahmadi
  • Mengelola sampah tidak terlalu sulit karena bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapat. Hanya dibutuhkan kemauan.

envira.id, Jakarta—Mahasiswa termasuk stakeholder penting untuk mengampanyekan gerakan pengelolaan sampah.  Di Kota Gorontalo, Kelompok Studi Lingkungan Archipelago Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo sukses menggelar pelatihan pembuatan kompos dan pemilahan sampah rumah tangga di permukiman warga Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program peningkatan kapasitas organisasi kemahasiswaan (PPK Ormawa). Mengangkat tema peningkatan kemampuan masyarakat dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Kelurahan Pohe, aktivitas ini dimaksudkan untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Pelatihan yang dilaksanakan pada Sabtu pekan lalu itu diawali dengan materi cara membuat kompos dengan menggunakan plastik kompos. Selain itu, juga dilatih bagaimana memilih sampah organik dan anorganik, sebagai bahan utama membuat kompos. Sedangkan sampah anorganik dapat digunakan untuk pembuatan vertical garden.

Ketua PPK Ormawa KS Archipelago Mutaqqin mengatakan, kegiatan kerja bakti bersih-bersih lingkungan dan pelatihan pembuatan biopori ini merupakan kolaborasi antara KS Archipelago dengan mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UNG, Wire-G, Larva Go serta masyarakat setempat kelurahan Pohe.

“Maksud kegiatan ini adalah mengurangi sampah yang ada di permukiman Kelurahan Pohe, banyak sampah yang dibuang ke sungai dan juga dibuang sembarang,” katanya.

Ia menyebutkan, total sampah yang dibuang sembarangan di wilayah itu, mencapai 2,7 kg/hari/keluarga. Dengan bgitu diharapkan kegiatan ini dapat mengurangi timbulan sampah sekaligus dapat mengolah sampah organik dan anorganik memiliki nilai guna.

Mutaqqin memastikan, kegiatan pembuatan kompos sangat mudah, yakni warga hanya menyediakan bahan yang mudah didapat seperti plastik kompos, tanah, sampah organik dan juga zat pengurai sampah.

“Waktu pembuatan kompos dapat memakan waktu selama 1-2 bulan dan setelah itu kompos dapat digunakan untuk tanaman,” tambahnya.

Sementara itu, Wire-G, organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan mengapresiasi kegiatan ini. Lembaga ini berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran warga, baik laki-laki dan perempuan dalam menghadapi isu sampah ini.

“Sampah menjadi tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Organisasi Larva Go yang hadir juga memberikan materi mengenai maggot, maggot ini berguna dalam proses penguraian bahan-bahan organik,” tambah dia.

Semua kegiatan ini diharapkan memberi pengetahuan kepada masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim serta adaptasi yang harus dilakukan masyarakat dalam mengurangi dampak perubahan iklim seperti pemanasan global, bencana banjir, rob dan abrasi. []

Penulis: Ahmadi Supriyanto

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?