Plastik telah menemani hidup manusia sejak 150 tahun Sebelum Masehi, dimulai oleh Bangsa Olmec, Meksiko, yang menggunakan bola polimer dari karet untuk bermain bola.
Hingga pada 1862, Alexander Parker, ahli metalurgis membuat botol plastik unt!uk pertama kalinya. Bahan bakunya menggunakan selulosa, Parkesine yang mudah dibentuk. Penemuannya dipamerkan di Great Internasional Exhibition, London. Namun memasuki akhir abad 19, harga bahan baku naik, pengembangannya botol pun plastik terhenti.
Memasuki abad 20, para ahli tak pernah berhenti melanjutkan penelitiannya tentang plastik. Pada tahun 1907, Le Baekeland membuat plastik sintetis bakelite dari bahan bakar fosil. Berbagai penelitian terus dikembangkan hingga muncul berbagai jenis plastic yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Plastik tersebut antara lain, polystyrene yang ditemukan pada 1929, poliester pada 1930, polyvinylchloride (PVC), polythene pada 1933, dan nilon pada 1935. Nilon sifatnya halus, tipis, lembut dan hangat ini dipakai untuk parasut tentara dan baju hangat.
Penemuan berbagai macam jenis plastik, tak membuat penggunaa material tersebut berkembang. Namun justru penggunaan kertas yang sangat dominan saat itu. Para peneliti pun dihantui mimpi buruk tentang kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon yang massif untuk kebutuhan industri kertas .
Ketika kebutuhan kertas sangat tinggi, pohon-pohon di hutan terus terus ditumbangkan. Di sisi lain, para ahli dan ilmuwan gelisah. Mereka pun terus melakukan penelitian untuk menyelamatkan bumi. Pada 1941, para peneliti mengembangkan material polyethylene terephthalate (PET) menjadi botol botol plastik untuk kemasan minuman.
Untuk pertama kalinya, awal abad 20, PET botol dipakai untuk kemasan minuman bersoda, karena plastik jenis ini kuat menahan tekanan atmosfer pada soda. Tak hanya itu, PET juga digunakan untuk kemasan berbagai jenis minuman. Praktis, higienis, dan disukai konsumen itulah alasan PET menjadi pilihan untuk kemasan minuman.
Sejak itulah, penebangan pohon di hutan berkurang. Material PET menjadi pengganti bahan baku kemasan. Tapi, masalah baru muncul, karena manusia sembrono, membuang sampah plastik ke lingkungan, ancaman pencemaran pun kembali mengintai.
Para peneliti itu sejatinya membuat material plastik untuk memudahkan manusia. Karenanya, bijaklah menggunakan plastik. Ketika plastik menjadi sampah, kumpulkan dan kirimkan ia ke pusat daur ulang, karena pada dasarnya plastik bisa didaur ulang.
Penulis: Eni Saeni