- Sungai Ciliwung merupakan sumber air baku yang biasa digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Sayangnnya, saat ini mulai banyak yang tercemar.
envira.id, Jakarta—Untuk melihat secara utuh kondisi Sungai Ciliwung, dilakukan kolaborasi audit sampah di Sungai Ciliwung, melibatkan tiga lembaga: Center for Sustainability and Waste Management Universitas Indonesia (CSMW-UI) Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC).
“Kami ingin meningkatkan kepedulian masyarakat dan pemangku kepentingan Ciliwung, serta membantu Pemerintah dalam melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan terhadap beban cemaran sampah di Ciliwung,” kata Adam Febriyanto, wakil kepala (CSMW-UI), Minggu (10/12).
Ratusan relawan mahasiwa UI dan para pemangku kepentingan terkait ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan di sepanjang aliran sungai Ciliwung, dari hulu hingga hilir.
Sampel air sungai, baik kuantitatif maupun kualitatif, diambil di enam titik dari hulu ke hilir, yang merepresentasikan segmentasi DAS sungai Ciliwung.
Enam titik yang dijadikan uji coba, sesuai keputusan menteri lingkungan hidup dan kehutanan Nomor 298 Tahun 2017, yakni Jembatan Kedung Halang, Aliran Sungai Ciliwung di Wilayah Perumahan Gaperi, Jembatan Panus Sungai Ciliwung Depok, Pintu Air Manggarai, Kali PLTU Ancol dan Banjir Kanal Barat Mall Seasons City Kecamatan Tambora.\
Adam menyebut, sungai Ciliwung merupakan sumber air baku yang biasa digunakan untuk kebutuhan masyarakat. Seperti, air minum, mencuci pakaian, hingga sumber mata pencarian.
Sayangnya, kata dia, Sungai Ciliwung sudah tercemar sampah yang terdiri dari kantong plastik, kemasan sachet, stryfoam, tekstil, kayu, logam, kaca, karet.kulit, dan sampah jenis lainnya.
Oleh karenanya, sambung dia, semua pihak terlibat akti dalam mengembalikan fungsi sungai, dan teringankan dari beban cemaran sampah.
Menurut Adam, dalam 14 hari kerja ke depan, pihaknya dan para relawan dari tiga lembaga ini akan melaporkan hasil pilahan, audit dan rekomendasi berdasar metode dan kajian akademisnya kepada khalayak umum dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Secara terpisah, Ketua Harian Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC), Amalia S. Bendang menambahkan, Sungai Ciliwung telah menjadi bejana sampah yang unik.
Sungai sepanjang 117 kilometer ini, sudah menjadi potret dari tingkat pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan para pihak pada isu persampahan, terutama sampah industri ritel.
Menurutnya, saat ini badan sungai menjadi indikator utama mengenai pengelolaan sampah. Dari poteret itu dapat dilihat apakah kebijakan yang ditetapkan pemerintah benar tajam dan bernyali.
“Dari audit ini, kita akan melihat, jenis sampah apa yang mendominasi badan sungai, sampah jenis kemasan industri ritel apa dan siapa perusahaan industri yang dominan mencemari Ciliwung,” kata Amalia.
Penulis: Ahmadi Supriyanto