- Ada potensi lebih menyeramkan dari TPA Leuwigajah yang meledak beberapa tahun lalu. Banyak kandungan bahan berbahaya yang tertumpuk bertahun-tahun.
envira.id, Jakarta—Pemerintah Kabupaten Bandung akhirnya menetapkan status tanggap darurat, menyusul kebakaran di TPA Sarimukti yang tak kunjung mereda. Diketahui, hingga hari keenam, api belum juga dapat dipadamkan, bahkan justru meluas.
Status tanggap darurat yang dituangkan dalam Keputusan Bupati (Kepbup) Bandung Barat Hengki Kurniawan Nomor 100.3.2/Kep.760 BPBD/2023 itu dikeluarkan karena kondisi api yang terus mengepul dan sulit dipadamkan. Situasi ini dikhawatirkan bakal membahayakan keselamatan warga di sekitar Sarimukti.
Dalam keputusan tanggap darurat ini, Bupati Hengki menetapkan status tanggap darurat bencana kebakaran berlaku hingga 21 ke depan, terhitung 22 Agustus hingga 11 September 2023. Durasi tanggap darurat sangat ditentukan oleh kebutuhan penanggulangan bencana di lapangan.
Mengenai penanganan siaga darurat ini, lanjut Hengki, akan diambil dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bandung Barat serta sumber lainnya. “Tentunya dari sumber yang sah dan tidak mengikat, sesuai ketentuan perundang-undangan,” demikian bunyi Kepbub tersebut.
Sebelumnya, berbagai upaya telah dilakukan untuk memadamkan api yang diperkirakan terus meluas itu, dari penyemprotan air oleh Damkar dan Penanggulangan Bencana Bandung Raya hingga pembuatan parit.
Bisa Meledak
Kebakaran TPA Sarimukti ini mengundang keprihatinan banyak pihak. Bahkan, potensi bencana kebakaran yang terjadi kali ini bisa saja jauh lebih buruk dari tragedi di TPA Leuwigajah.
Seperti disampaikan anggota Tim Masyarakat Peduli Sarimukti Tim Masyarakat Peduli TPA Sarimukti (TMP-TPAS) Wahyu Dharmawan, kebakaran yang terjadi di Sarimukti sangat berpotensi untuk meledak akibat akumulasi dari gas metana yang ada di permukaan dan banyaknya material yang mengandung hidrokarbon atau plastik.
Atas dasar itu, ia menganggap, asumsi penyebab kebakaran dipicu terik matahari perlu dikesampingkan mengingat kebakaran terjadi pada malam hari. Termasuk, informasi yang menyebutkan, kebakaran terjadi karena putung rokok. Alasannya, pada malam hari jarang orang beraktivitas di TPA.
“Tapi biarlah kepolisian atau penegak hukum yang melakukan penyidikan,” kata dia.
Wahyu juga mengingatkan, karena akumulasi metana yang ada di permukaan inilah yang menjadi sumber api sulit dipadamkan karena terus berkobar. Apalagi, tumpukan TPA Sarimukti sudah ada yang mencapai 50 meter, di mana terjadi akumulasi dari sampah-sampah yang sudah menahan sehingga muncul mikroorganisme yang menghasilkan metan.
Ia melanjutkan, apabila ada jalur keluar bagi metan karena terpicu oleh sesuatu, maka ada potensi meledak, mengingat kandungan kalorinya yang berada di level 9.000, dan plastik 6.000, memudahkan tumpukan sampah itu meledak.
“Ini sebuah risiko yang besar yang boleh jadi sangat mungkin terjadi,” kata Wahyu.
Wahyu menduga, semua material di TPA Sarimukti masuk kategori bahan beracun berbahaya (B3). Pasalnya, hasil uji laboratorium menunjukkan air lindi mengandung logam berat yang sudah melebihi ambang batas. Akibat kebakaran ini, boleh jadi banyak logam berat yang ikut terbakar. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto