- Risiko yang paling dikhawatirkan adalah munculnya jenis kanker tertentu, jika terus menerus menghirup asap pembakaran sampah.
envira.id, Jakarta — Membakar sampah bagi masyarakat Indonesia mungkin hal jamak yang sejak dulu sudah dilakukan. Tindakan untuk menghilangkan sampah ini memang tergolong mudah dan murah, tapi siapa sangka di balik itu ada bahaya yang terabaikan.
Menurut Laporan Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup Indonesia 2018, yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 53% masyarakat Indonesia masih membakar sampah. Padahal, membakar sampah justru menimbulkan dampak keburukan yang cukup serius, alih-alih ingin menghilangkan sampah.
Tapi tahukah Anda bahwa dampak yang dihasilkan dari membakar sampah begitu besar? Mulai dari gangguan pernafasan, hujan asam, kebakaran hutan, hingga kerusakan ekosistem. Data lain menyebut, 850 juta MT karbondioksida dihasilkan dari pembakaran plastik.
Kita mungkin tidak sadar, saat sampah dibakar, asap hasil pembakaran mengandung hidrokarbon benzopiren yang 350 kali lebih berbahaya dari asap rokok. Selain itu, membakar sampah pun dapat melepaskan zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida, formaldehida, arsenik, dioksin, gas chlor, serta karbondioksida yang tentunya dapat mencemari udara sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan.
Tak hanya berbahaya bagi kesehatan, asap hasil pembakaran pun dapat merusak lingkungan, salah satunya adalah membuat lapisan ozon menipis, serta memperburuk pemanasan global.
Membakar sampah rumah tangga, plastik, dan kayu yang dicat sangat berbahaya karena bahan-bahan tersebut melepaskan bahan kimia beracun yang mencemari udara. Rentetan berikutnya adalah udara yang tercemar karena asap pembakaran sampah dapat dihirup oleh manusia dan hewan, disimpan di tanah, serta terpapar ke permukaan air dan tanaman.
Bahkan, residu dari pembakaran bisa mencemari tanah dan air tanah, hingga dapat memasuki rantai makanan manusia melalui tanaman dan hewan ternak. Bahan kimia tertentu yang dilepaskan oleh asap pembakaran sampah dapat terakumulasi dalam lemak hewan, yang bisa berbahaya saat manusia mengkonsumsi daging, ikan, dan produk susu.
Beberapa bahan kimia paling berbahaya yang dibuat dan dilepaskan selama pembakaran yang berasal dari pembakaran plastik adalah dioksin. Dioksin adalah zat berbahaya yang terbentuk saat produk yang mengandung klorin dibakar. Bagian plastik yang tidak terbakar menjadi sampah di tanah, danau dan sungai. Saat hancur, hewan dapat memakan plastik dan menjadi sakit.
Bagi manusia, jika terpapar polutan udara ini dapat mengalami iritasi mata dan hidung, kesulitan bernapas, batuk, sakit kepala, mata merah atau berair, hidung terasa perih seperti terbakar, ruam, mual, sakit kepala, serangan asma pada penderita asma.
Orang-orang yang berada di sekitar lokasi pembakaran, terutama anak-anak, ibu hamil, lansia, serta orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dan paru, berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat menghirup bahan-bahan tersebut.
Hal ini juga tergantung pada seberapa lama dan seberapa sering mereka terpapar asap hasil pembakaran sampah. Paparan zat ini dalam jangka panjang berisiko menyebabkan jenis kanker tertentu, gangguan hati, gangguan sistem kekebalan tubuh, gangguan sistem reproduksi, jika mengonsumsi makanan yang terkontaminasi abu dan asap.
Selain asap, membakar sampah secara terbuka akan menghasilkan residu abu yang dapat mengandung logam beracun, seperti merkuri, timbal, dan arsen. Konyolnya, karena tidak menyadari potensi bahaya dan hanya berpikir praktis, beberapa orang mungkin akan menguburkan abu sisa pembakaran di tanah, sehingga bisa terserap oleh tanaman sayuran atau buah yang tumbuh di sekitarnya.
Selain itu, bahaya membakar sampah secara terbuka tanpa pengawasan juga bisa menyebabkan kebakaran yang tidak direncanakan. [dari berbagai sumber]
Penulis: Ahmadi Supriyanto