- Potensi besar energi hijau di ASEAN yang mencapai 17 ribu gigawatt membutuhkan peran serta insinyur untuk meralisasikannya.
envira.id, Jakarta—Tak kurang 1.200 insinyur dari 10 negara Asia Tenggara sepakat untuk mengambil tindakan dalam mendukung optimalisasi ekonomi biru dan energi hijau di kawasan.
Komitmen ini disampaikan menjelang pelaksanaan Konferensi Organisasi Insinyur ASEAN (CAFEO) ke-41, di Bali, Minggu (19/11).
Seperti disampaikan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Danis Hidayat Sumadilaga, kawasan ASEAN memiliki potensi baru terbarukan (EBT), atau energi hijau ramah lingkungan yang sangat besar.
“Potensi ini perlu dukungan dari para insinyur untuk mempercepat realisasi potensi itu,” kata Danis.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, potensi EBT di ASEAN mencapai 17 ribu gigawatt. Indonesia sendiri, potensi yang tersimpan di sekitar 3.700 gigawatt. Dari jumlah itu, yang termanfaatkan baru sekitar 12,54 gigawatt.
Potensi energi hijau di ASEAN itu, termasuk yang dimiliki Indonesia, di antaranya geotermal, tenaga surya, biomasaa hingga tenaga angin. Pasalnya, sebagian besar wilayah dari 10 negara di Asia Tenggara berbatasan dengan kawasan laut.
Dikatakan Danis, saat ini, para insiyur siap untuk memberikan dukungan merealisasikan energi hijau itu. Peran Indonesia akan dilakukan melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang memiliki lima kebijakan dalam pengembangan eknomi biru.
Kebijakan itu adalah pengembangan wilayah konservasi, penangkapan ikan berbasis kuota, budi daya perikanan, pengawasan wilayah pesisir dan pulau kecil, serta upaya mengatasi pencemaran sampah laut.
Sedangkan, memperluas persentasi cakupan wilayah, sambung dia, mencakup wilayah konservasi dengan identfikasi daerah yang perlu pemetaan dan dukungan para insinyur.
Pertemuan oleh ribuan insiyur ASEAN di Bali ini menekankan pada kolaborasi mendukung ekonomi biru dan energi hijau melalu pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto