- Kolaborasi multi-pihak sangat dibutuhkan Indonesia dalam mendukung upaya pemerintah menciptakan ekonomi sirkular dan mencari solusi tuntas permasalahan sampah.
envira.id, Jakarta—Project STOP membuktikan bahwa partisipasi masyarakat merupakan jantung dari program. Setidaknya, ini dibuktikan dari proyek yang mereka lakukan di Pasuruan yang telah menjangkau lebih dari 132 ribu individu.
Ratusan ribu individu itu terlibat dalam layanan pengangkutan sampah, serta melakukan composting dan daur ulang sampah di dua fasilitas TPS3R. Masing-masing TPS3R itu memiliki kapasitas 25 ton per hari, dengan biaya sistem penuh mencapai 39 dolar AS/ton di Lekok, dan 35 dolar AS di Nguling.
Lebih dari itu, project ini juga telah menciptakan 120 lapngan pekerjaan bagi masyarakat dan mengumpulkan lebih dari 5000 ton sampah, termasuk di antaranya 700 ton plastik. Setelah berjalan sejak 2017, pekerjaan inisiatif ini diserahkan kepada pemerintah Pasuruan untuk dikelola secara mandiri oleh pemerintah daerah dan masyarakat di Lekok dan Nguling, pada Februari 2023 lalu.
Sejak diluncurkan enam tahun oleh Borealis dan Systemiq, Nestlé, Project STOP (Stop Ocean Plastic) bekerja sama dengan sejumlah daerah di Indonesia bertujuan menciptakan sistem pengelolaan sampah yang sirkular dan efektif. Project STOP tidak bekerja sendiri.
Didukung industri dan mitra pemerintah, sasaran dari pekerjaan ini adalah mencapai nol kebocoran sampah ke lingkungan, mendaur ulang lebih banyak plastik, membangun program yang berkelanjutan secara ekonomi, dan berkontribusi pada ekonomi serta kesejahteraan masyarakat setempat.
Menanggapi hal ini, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PSLB3), Vivien Rosa Ratnawati, mengatakan pemerintah kolaborasi multi-pihak seperti inilah yang sangat dibutuhkan Indonesia dalam mendukung upaya pemerintah menciptakan ekonomi sirkular dan menemukan solusi tuntas pengelolaan sampah yang menyejahterakan masyarakat.
“Saya berharap inisiatif serupa dapat menginspirasi pihak lain,” tegas Vivien.
Pekerjaan gotong-royong ini tentu saja mendapat sambutan positif dari pemerintah Pasuran. Bupati Pasuruan, H.M. Irsyah Yusuf mengatakan, proyek multi-pihak ini terbukti menguntungkan secara ekonomi dan menyediakan peluang kerja bagi masyarakat setempat. Projcet ini juga dapat mempromosikan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan kepada daerah-daerah lain.
Dari sisi swasta, Nestlé merupakan perusahaan makanan dan minuman pertama yang bergabung dengan Project STOP sebagai mitra strategis dan penyandang dana utama dalam kemitraan di Pasuruan, bersama dengan Siegwerk, salah satu penyedia tinta cetak dan pelapis global terkemuka.
Menurut Director of Sustainability Nestlé Indonesia, Prawitya Soemadijo, visi perusahaan adalah tidak ada sampah plastik yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ataupun mencemari lingkungan.
“Apalagi, upaya kolaborasi ini juga turut mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target 70% penanganan sampah dengan benar,” tutup Prawitya. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto