Investasi Hijau Masa Depan Ekonomi Indonesia

oleh Ahmadi
  • Saat ini, investasi setelah COVID-19 lebih mengedepankan personalisasi, terlokalisasi, dan memiliki dampak yang lebih besar tapi dalam ukuran yang kecil.

envira.id, Jakarta—Pascapandemi COVID—19, wisatawan lebih cenderung memilih destinasi yang mengedepankan pariwisata yang berkelanjutan lingkungan dan berskala kecil. Begitu pula halnya terkait tren investasi pariwisata.

Hal ini disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam pembukaan International Tourism Investment Forum (ITIF) 2023 di Merusaka Nusa Dua, Bali, Rabu (26/7).

“Saya mengajak investor untuk mengedepankan investasi hijau sebagai pilihan utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia,” kata Sandiaga.

Sandiaga meyakini, investasi setelah COVID-19 mengedepankan investasi yang personalized, localized, bigger impact but smaller in size. Selain itu, investasi ini mengacu pada investasi hijau yang merupakan masa depan ekonomi Indonesia.

Investasi hijau yang dimaksud adalah investasi yang mengedepankan keberlangsungan dan keberlanjutan lingkungan di sektor pariwisata. Tren ini akan terus berlanjut di masa mendatang.

Berdasarkan data yang diperoleh Sandiaga, pada tahun 2022, Indonesia mendapat dana investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di sektor pariwisata sebesar 225,28 miliar dolar AS dan investasi langsung domestik (Domestic Direct Investment) sebesar 577,87 miliar dolar AS. Pada kuartal pertama 2023, Indonesia memperoleh investasi sebesar 803,15 miliar dolar AS.

Sandiaga berharap, forum ini dapat menjadi ajang untuk berbagi pengalaman dan ide antara investor dengan para stakeholder terkait pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Terlebih, Indonesia memiliki keunggulan dalam hal kekayaan alam dan budaya.

“Kita harus berpikir out of the box dalam mengembangkan potensi pariwisata yang ada. Karena pariwisata bukanlah suatu masalah, melainkan pariwisata adalah bagian dari solusi (ekonomi) pascapandemi,” katanya.

Oleh karena itu, di masa pandemi COVID-19 Kemenparekraf mengembangkan protokol CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability) sebagai upaya meningkatkan kepercayaan wisatawan dan investor sebagai upaya mengembangkan sektor pariwisata yang berkelanjutan lingkungan. []

Penulis: Ahmadi Supriyanto

 

Ahmadi
Author: Ahmadi

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?