- Plastik adalah salah satu jenis sampah yang sangat sulit untuk terurai hingga membutuhkan hingga 500 tahun untuk terurai, hingga mengancam biota laut dan mengganggu rantai makanan.
envira.id, Jakarta—Sampah plastik menjadi limbah terbesar penyumbang kerusakan lingkungan di bumi. Sampah plastik yang bocor ke lingkungan dapat merusak tanah, udara, dan air. Banyak sampah laut bermuara di laut, yang dapat merusak biota laut dan mengganggu rantai makanan.
Mengutip jurnal Science Advance, yang mempublikasikan hasil penelitian Lourens J.J. Meijer dan rekan di tahun 2021, Filipina menjadi negara terbesar pemasok sampah plastik ke lautan hingga mencapai 356.371 metrik ton setiap tahun.
Kemudian di susul India sebanyak 126.513 metrik ton setiap tahun. Sedangkan posisi ketiga adalah Malaysia yang menyumbang (73.098 metrik ton), Tiongkok (70.707 metrik ton). Indonesia menempati urutan kelima penyumbang sampah plastik terbesar ke laut dengan jumlah 56.333 metrik ton setiap tahun.
Sebanyak 40.000 metrik ton sampah plastik di laut berasal dari Myanmar setiap tahunnya. Adapun, jumlah sampah plastik di laut yang dihasilkan oleh Brasil dan Vietnam setiap tahun masing-masing sebanyak 37.799 metrik ton dan 28.221 metrik ton.
Sebagai informasi saja, plastik menjadi salah satu jenis sampah yang sangat sulit untuk terurai. Dilansir dari laman Science Focus, botol kaca menjadi sampah yang paling lama terurai, karena memakan waktu hingga 100 juta tahun. Untuk jenis kaca tertentu bahkan tidak bisa terurai sama sekali.
Di urutan kedua adalah sampah kantong plastik yang membutuhkan waktu 500 tahun untuk terurai. Kemudian, sampah botol plastik dan popok sekali pakai, Keduanya sama-sama membutuhkan waktu 450 tahun untuk terurai.
Adapun kaleng aluminium butuh hingga 200 tahun untuk terurai. Lalu ada sepatu bekas bersol karet yang dibuang di tempat sampah butuh waktu sekitar 80 tahun hingga terurai di alam. Sedangkan, kaleng timah butuh hingga 50 tahun Supaya bisa terurai. Terakhir sampah pakaian butuh waktu hingga 40 tahun supaya terurai. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto