- Praktik reuse yang dapat dilakukan oleh para guru antara lain, membudayakan murid-muridnya membawa tumbler dan kotak makan saat ke sekolah, menyediakan galon air isi ulang di sekolah, membawa tote bag saat berbelanja,dan menggunakan peralatan makan yang bisa digunakan berulang.
envira.id, Tangerang Selatan– Tim Fasilitator CSR Tangserang Selatan bersama komunitas lingkungan, bank sampah, pihak swasta dan akademisi menggelar Trainer of Trainer (ToT) pengelolaan sampah kepada para guru SD, SMP, hingga SMA yang berasal dari 30 sekolah di Tangsel. Kegiatan yang digelar di Kampus Universitas Bina Nusantara (Binus), Rabu, 21 Februari 2024 itu dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).
Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengapresiasi kegiatan ToT pengelolaan sampah kepada para guru. “Tot sangat penting untuk membangun kesadaran individu dan kolektif agar kita bisa mengelola sampah bersama-sama,” kata Benyamin dalam kata sambutannya saat membuka acara tersebut.
Menurut dia, kolaborasi menjadi penting karena masalah sampah tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Pemerintah. Perlu bantu pihak lain, karena timbulan sampah di Tangsel saat ini hampir 1000 ton per hari.
“ToT menjadi sangat strategis. Kolaborasi dan sinergi antara Pemerintah, perguruan tinggi, perbankan, sektor swasta, dan komunitas diharapkan menjadi lokomotif yang akan membawa perubahan dalam pengelolaan sampah,” kata Benyamin.
Benyamin memaparkan bahwa salah satu program dalam Rencana Jangka Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) Tangsel yang belum tercapai adalah pengelolaan sampah. “Kami punya 3 hektare lahan TPA di Cipeucang , sampai hari ini kondisi TPA sudah penuh, bahkan beberapa tahun lalu sampahnya longsor. Perlu aksi bersama untuk mengatasi masalah sampah,” kata Benyamin.
Oleh karena itu, Benyamin terus menggalakan hadirnya Bank Sampah. Saat ini Tangsel telah mendorong lahirnya 300 unit bank sampah dan mendorong pengelolaan sampah di 150 TPST 3R. “Harapan kami 500 ton sampah bisa ditangani di sisi hulu, sedangkan sisanya kita bisa tangani di sisi hilir,” ujar Benyamin.
Sekretaris Komunitas Guna Ulang Aja (GUA) Nasuri yang menjadi pemateri, sepakat bahwa pengelolaan harus dilakukan dar hulu ke hilir. Menurut dia, di hulu, kita bisa mengajak para guru untuk membudayakan Gerakan reduce (pengurangan) dan reuse (penggunaan kembali) wadah/kemasan untuk mengurangi timbulan sampah di TPA.
Praktik reduce yang bisa dilakukan, antara lain, mulai mengganti tisu dengan sapu tangan, tidak meng-print tiket kereta atau pesawat cukup gunakan e-tiket, tidak meminta bon yang ditulis dikertas, tapi minta dikirim via WA atau email, membeli barang sesuai kebutuhan saja.
Sedangkan praktik reuse, para guru membudayakan murid-muridnya membawa tumbler dan kotak makan saat ke sekolah, menyediakan galon air isi ulang di sekolah, membawa tote bag saat berbelanja,dan menggunakan peralatan makan yang bisa digunakan berulang.
“Namun dalam kondisi sampah sudah menumpuk seperti saat ini, kita harus melakukan aksi bersama, kelola sampah dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) harus dilakukan secara parallel, sehingga hanya residu yang dibuang ke TPA,” kata Nasuri.
Ketua Tim fasilitator CSR Tangsel Lista Hurustiati, GUA mengapresiasi kolaborasi multi pihak dalam event tersebut. Para pemateri dalam kegiatan tersebut adalah Helda Fachri, pendiri Bank Sampah Jaya DanaKirti, Dani Akhyar, Head of Community Development & CSR Smartfren Telecom, dan Nadya Maulina, pendiri Rumah Edukasi Komunitas Pilah Sampah. Di akhir acara, para guru mempraktikan pilah sampah anorganik.
Penulis: Eni Saeni
Foto: Ardianto Prabowo/Envira