Dukung Inisiatif Hijau, B. Braun Indonesia Operasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

oleh Envira ID
  • Pengoperasian panel surya ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon hingga sebesar 25 persen (346 ton) emisi karbon per tahun.

envira.id, KarawangB. Braun Indonesia, perusahaan teknologi medis terdepan yang berkantor pusat di Jerman, berkomitmen mendukung upaya Pemerintah menciptakan industri ramah lingkungan. Komitmen ini diwujudkan dengan meresmikan pengoperasian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 1,2 MwP di pabrik B. Braun Indonesia di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, pada Kamis (18/01/2024).

Peresmian PLTS ini dilakukan oleh Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh, S.E., yang diwakili oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang, Rosmalia Dewi, S.H., M.H dan disaksikan oleh Presiden Direktur B. Braun Indonesia, Rainer Ruppel.

Bupati Karawang, dalam kata sambutan yang dibacakan oleh Rosmalia Dewi mengatakan,  pihaknya sangat mengapresiasi langkah B Braun Indonesia yang turut menjadi bagian dalam upaya  mendorong konversi energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan melalui pengoperasian panel surya untuk menyuplai kebutuhan energi listrik di berbagai asetnya.  Kami tentunya berharap langkah inisiasi akan terus dikembangkan dan dapat diikuti oleh korporasi lainnya dalam pemanfaatan EBT,untuk menekan jejak karbon.  

Peresmian pengoperasian pembangkit listrik tenaga surya di pabrik B.Braun, Karawang.

Pengoperasian PLTS ini merupakan salah satu upaya B. Braun Indonesia untuk mendukung pemanfaatan energi terbarukan dan upaya transisi energi yang dilakukan perusahaan untuk suplai energi listrik di berbagai asetnya, salah satunya di fasilitas produksinya.

“B Braun Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dan kebijakan energi baru terbarukan (EBT) yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia,” ujar Rainer dalam sambutannya.

“Penggunaan PLTS untuk suplai energi listrik di berbagai aset kami merupakan salah satu inisiatif B Braun Indonesia dalam upaya transisi energi dan menekan emisi gas buang CO2 melalui pengurangan penggunaan bahan bakar fosil,” kata Rainer.

PLTS ini mampu menghasilkan 1.673-Gigawatt hour (GWh) listrik per tahun dan dapat memenuhi sekitar 20-30 persen kebutuhan listrik di pabrik B. Braun Indonesia. Pengoperasian panel surya ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon hingga sebesar 25 persen (346 ton) emisi karbon per tahun. Rainer juga menyampaikan bahwa B. Braun secara global menargetkan penurunan emisi CO2 sebesar 50 persen hingga tahun 2030.

“Untuk mendukung pengurangan emisi karbon, pengoperasian PLTS ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai 23 persen bauran energi baru terbarukan pada tahun 2025 dan Net Zero Emission pada tahun 2060,” kata Rainer.

Selain pengoperasian PLTS, B. Braun Indonesia juga telah melakukan berbagai inisiatif transisi energi dan berinvestasi dalam menciptakan dampak positif terhadap lingkungan. B. Braun Indonesia telah menerapkan konsep pabrik ramah lingkungan dengan pemanfaatan pencahayaan alami dan teknologi pabrik yang hemat energi. B. Braun Indonesia juga memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) dalam produksi cairan dasar infus dan penanaman pohon di sekitar fasilitas produksi untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi polusi.

“Kami meyakini bahwa inisiatif ini akan mendorong operasi perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien, yang mendukung komitmen B. Braun Indonesia untuk mengembangkan bisnis yang harmonis dengan lingkungan demi generasi masa depan Indonesia yang lebih baik,” ucap Rainer.

Inisiatif hijau sejalah dengan program pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan.Untuk memacu program ini, Pemerintah sejak 2022, telah mencanangkan Green Economy Index (GEI) Indonesia. GEI ini terdiri dari 15 indikator yang mencakup tiga pilar, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan yang mencerminkan pembangunan Indonesia hijau.

Pada pilar ekonomi meliputi enam indikator yakni intensitas emisi, intensitas energi, dan pendapatan nasional bruto (PNB) per kapita.

Pilar sosial terdiri dari empat indikator, termasuk tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, angka harapan hidup, dan rata-rata lama sekolah.

Lalu pilar lingkungan mencakup lima indikator, seperti tutupan lahan, lahan gambut terdegradasi, penurunan emisi, sampah terkelola, dan energi baru terbarukan.

GEI tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah, tetapi perlu kolaborasi semua pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, antara lain mulai menggunakan energi baru terbarukan dalam kegiatan operasional produksinya.

Implementasi GEI diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1-6,6 persen per tahun hingga 2050, intensitas emisi berkurang hingga 68% pada 2045, dan mampu menciptakan 1,8 juta lapangan kerja hijau pada 2030.

Penulis: Eni Saeni

Foto: Dok. B. Braun

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?