- Secara ekologi terumbuh karang di Taman Nasional Bunaken dapat mati karena tertutup sampah plastik. Padahal, pertumbuhan tertumbu karang sangat lambat, 1-10 mm per tahun.
envira.id, Jakarta — Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Taman Wisata Bunaken, Sulawesi Utara, Jumat (20/1), untuk meninjau penataan hunian wisata atau homestay di kawasan tersebut punya arti penting. Selain ingin membangkitkan kembali pariwisata di sana, Presiden nampaknya ingin memastikan apakah persoalan sampah bisa teratasi.
Pada kunjungan sebelumnya, 5 Juli 2019, Jokowi menginginkan agar kawasan ini bebas dari sampah, khususnya sampah plastik. Ia melihat Taman Nasional Bunaken sebagai aset pariwisata harus menjaga kebersihan. “Potensi yang sangat baik, tapi memang harus dirawat dan dijaga,” kata Presiden, ketika itu. “Jangan sampai sampah plastik masuk ke sini.”
Menjawab permintaan Jokowi, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti mengatakan pemerintah melalui Kementerian PUPR telah melakukan penataan Kawasan Wisata Bunaken, salah satunya tempat pengolahan sampah (TPS).
Selain TPS, PUPR juga membangun dermaga, galeri wisata, panggung teater budaya, hingga penataan kawasan kumuh. Anggaran untuk penataan di Kawasan Wisata Bunaken mencapai Rp24 miliar. Dengan dibangunnya beberapa fasilitas ini, dan juga 53 unit homestay, Jokowi berharap jumlah kunjungan pariwisata ke Sulawesi Utara semakin meningkat.
Sampah yang masuk ke Taman Nasional Bunaken seperti tradisi tahunan, cuaca ekstrem di Sulawesi Utara dan Manado menjadi penyebab banyaknya sampah plastik yang masuk. Sebagai gambaran, pernah di awal tahun 2021, sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 2,8 ton.
Pernah disampaikan Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Genman Hasibuan, Bunaken memiliki bentuk unik. Pulau yang menyerupai huruf U menjadi maskot pariwisata selam Sulawesi Utara dan bahkan dunia. Secara ekologi, terumbu karang dapat mati karena tidak mendapatkan sinar matahari akibat tertutup tumpukan sampah plastik. Sangat disayangkan bila pertumbuhan karang yang lambat antara 1 – 10 mm per tahun sebagai penyedia jasa lingkungan terhambat karena sampah.
Genman juga menambakan, pada tahun 2020 pihaknya pernah menggandeng instruktur berpengalaman dari Bank Sampah CELSS Minahasa Utara melakukan pelatihan kepada masyarakat penyangga kawasan Taman Nasional untuk mengolah sampah yang sebagian besar merupakan plastik.
Masyarakat sekitar diminta untuk memilah sampah yang bernilai menjadi sesuatu yang punya nilai ekonomis. Dengan begitu, sampah yang telah dibersihkan dan digunakan kembali (reuse) menjadi beraneka macam produk. Selama masa pandemi, pembersihan sampah di perairan dan daratan tetap mereka llakukan. Tentu upaya ini dilakukan untuk bisa tetap melestarikan terumbu karang.
“Kami berharap dengan penanganan yang baik dari hulu sampai ke hilir dapat meminimalisir masuknya sampah dalam kawasan, kami akan tetap terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait untuk mengatasi masalah ini,” tegas Genman. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto