- Selama tahun 2000—2019, food loss dan waste Indonesia mencapai 50 juta ton.
envira.id, Jakarta—Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, Indonesia saat ini mengalami pemborosan makanan yang sangat besar hingga menimbulkan sampah yang cukup mengkhawatirkan.
Timbulan sampah dari limbah makanan ini, bukan saja mengganggu lingkungan hidup tetapi juga dapat merugikan secara ekonomi. Selama tahun 2000—2019, food loss dan waste Indonesia mencapai 50 juta ton.
“Kerugian ekonomi yang ditimbulkan hingga ratusan triliun rupiah,” kata Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas Nyoto Suwignyo, baru-baru ini.
Secara lebih detail, ia mengatakan, angka food loss and waste Indonesia antara tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton. Hal ini, menyebabkan kerugian ekonomi kurang lebih Rp 551 triliun atau setara dengan 4—5 persen PDB Indonesia.
Mirisnya, kata dia, sampah makanan yang besar itu justru terjadi di saat masyarakat Indonesia sendiri masih kekurangan pangan.
Data Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) tahun 2023 menyebut, ada 68 kabupaten/kota yang rentan mengalami rawan pangan. Dengan nominal sebesar ini, Indonesia sebenarnya mampu memberikan makan sekitar 61-125 juta orang atau 29-47 persen dari masyarakat Indonesia.
Menurut Septian Pribadi, pemerhati isu lingkungan, penyebab tingginya limbah sisa makanan di Indonesia karena rendahnya kesadaran dari masyarakat. Sampah dianggap sebagai urusan tukang sampah, bukan bagian dari tanggung jawab yang harus diurus masing-masing individu.
Sejak zaman dulu, masalah sampah telah menjadi isu laten yang tak pernah selesai. Berbagai aturan bahkan sejak penjajakan Belanda, aturan untuk “tertib” sampah telah ada namun tetap saja implementasinya masih minim.
Karena itu, akar masalah dari persoalan sampah, bukan semata aturan, tetapi menyadarkan masyarakat tentang pentingya terlibat dalam pengelolaan sampah. Bahkan, peran warga sebagai hulu dari timbulan sampah memengang kunci sangat penting. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto