Presiden Tekankan Pentingnya Energi Ramah Lingkungan untuk Turunkan Emisi

Presiden Tekankan Pentingnya Energi Ramah Lingkungan untuk Tekan Emisi

oleh Ahmadi
  • Untuk memperbaiki kualitas udara, khususnya Jakarta, harus menyentuh sektor transportasi yang  menyumbang  44% terhadap polusi udara.

envira.id, Jakarta—Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah selama ini telah memberikan dukungan terhadap pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), bukan hanya terkait transformasi ekonomi dan transportasi, namun juga demi penurunan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan.

Hal itu, tegas Presiden untuk mendorong percepatan transformasi ekonomi untuk penciptaan nilai tambah yang tinggi, perluasan kesempatan kerja, dan penggunaan energi yang ramah lingkungan sehingga dapat menurunkan emisi, serta efisiensi subsidi energi.

Demikian dikatakan Presiden pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-Undang  tentang APBN Tahun Anggaran 2024 Beserta  Nota Keuangannya  di Depan  Rapat Paripurna DPR, di Gedung Nusantara, Jakarta, Rabu (16/8).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memastikan upaya pemerintah untuk menekan angka polusi udara di Indonesia termasuk DKI Jakarta dan sekitarnya terus dilakukan. Berbagai solusi mitigasi untuk mengurangi munculnya emisi ini di antaranya dilakukan melalui peningkatan kesadaran uji emisi kendaraan, hingga mendorong penggunaan kendaran listrik.

Terkait penggunaan energi ramah lingkungan, khususnya terhadap polusi yang meningkat drastis di Jakarta,  KLHK, melalui lembaga Vital Strategies mengeluarkan rekomendasi di antaranya pengadaan kendaraan operasional listrik.

Kemudian, disarankan juga pengadaan bus listrik untuk Transjakarta non-mikro. Untuk kualitas udara yang bersih diperlukan pengetatan standar emisi transportasi umum menjadi EURO4.

Hal lainnya adalah uji emisi berkala (target EURO2), peralihan ke angkutan umum, lonversi ke kompor listrik, pengendalian debu konstruksi dan pelarangan pembakaran sampah terbuka.

KLHK dalam keterangannya juga menyebutkan, berdasarkan hasil inventarisasi dari beberapa kajian, sumber pencemar udara DKI didominasi oleh sumber pencemar lokal. Selain itu, penyebab pencemaran udara DKI ditengarai berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil.

Artinya, untuk  DKI Jakarta, berdasarkan beberapa kajian, maka peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas udara adalah kalau kita menyentuh dari sektor transportasi.

Hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor transportasi terhadap polusi Jakarta yang mencapai 44%, diikuti sektor industri 31%, manufaktur 10%, perumahan 14% dan komersial 1%. K

arena sektor transportasi mendominasi, maka keterlibatan, dan partisipasi masyarakat dalam perbaikan kualitas udara merupakan hal yang mutlak. []

Penulis: Ahmadi Supriyanto

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?