- Banjir kiriman dari Bogor juga “mengantarkan” sampah ke Jakarta.
envira.id, Jakarta – Banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya bukan hanya membuat susah warga yang terdampak, tetapi juga menimbulkan persoalan lain. Derasnya arus air di Sungai Ciliwung tenyata juga membawa sampah dalam jumlah besar.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta, Asep Kuswanto, sampai Rabu, 5 Maret 2025, sampah yang “terkumpul” di Saringan Sampah (SS) TB Simatupang, mencapai lebih dari 2.000 ton. Pasukan oranye telah membersihkan tumpukan sampah itu.
Pasukan Oranye merupakan sebutan untuk petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) yang dibentuk oleh Pemprov Jakarta. Tugasnya antara lain membersihkan sampah dan lumpur di selokan, memangkas ranting yang menutup rambu lalu lintas dan memperbaiki fasilitas umum yang rusak.
Di musim banjir kali ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta mengerahkan tak kurang dari 5.000 orang Pasukan Orange untuk membersihkan sampah yang terbawa banjir di Kali Ciliwung. Salah satu sasarannya yakni tumpukan sampah di Saringan Sampah (SS) TB Simatupang.
Saringan Sampah TB Simatupang beroperasi sejak tahun 2023, dapat “mencegat” sampah yang terbawa arus banjir sehingga mengurangi jumlah sampah di Pintu Air (PA) Manggarai.
Asep menuturkan, untuk membersihkan sampah di kali Ciliwung, Pasukan Oranye diperkuat dengan penggunaan excavator atau beko. Selain di SS TB Simatupang, sampah yang harus dibersihkan antara lain di Jembatan Kampung Melayu. Berbagai jenis sampah mulai dari aneka kemasan plastik, ranting dan dedaunan serta potongan kayu teronggok di situ.
Sampai beberapa hari ke depan, Pasukan Oranye Jakarta sepertinya masih harus bekerja keras. Karena menurut prakiraan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hujan deras masih berpotensi mengguyur Jakarta dan sekitarnya sampai 20 Maret 2025.
BMKG bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan di Jakarta dan sekitarnya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menuturkan, dengan modifikasi cuaca memungkinkan awan yang begerak ke darat digeser ke arah laut sehingga hujan tidak menimbulkan banjir di daratan.
“Jadi (hujan) dijatuhkannya masih di laut, tidak dijatuhkan di darat, nanti banjir yang di darat,” katanya.
Penulis : Eni Saeni