Kepala BMKG: Dampak Mengerikan Perubahan Iklim di Depan Mata

oleh Ahmadi
Ilustrasi -Tanah tandus karena perubahan iklim. Foto: Pexels
  • Setiap pemanasan 3 derajat akan berdampak dramatis pada kesehatan manusia, biosfer, ketahanan pangan, dan ekonomi global. Dan, dampak perubahan iklim sudah jelas terlihat pada manusia, ekonomi dan sosial yang semakin meningkat.

envira.id, Jakarta—Dampak mengerikan dari perubahan iklim berupa krisis pangan hampir terjadi di seluruh dunia. Apalagi jika tidak ada yang mampu memonitor perubahan iklim itu.

Demikian ditegaskan oleh Kepala Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam sambutan perayaan Hari Meteorologi Sedunia ke-73 di Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Kototabang, Sumatera Barat, Senin, 20 Maret 2023.

Dalam kesempatan itu, Dwikorita meresmikan sistem informasi gas rumah kaca global terintegrasi pertama di Indonesia. Sistem informasi ini diimplementasikan dalam pembangunan Tower Gas Rumah Kaca (GRK) di GAW Kototabang.

Ia menjelaskan, pembangunan Tower GRK merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh BMKG dalam melakukan mitigasi perubahan iklim. “Dalam hal ini, stasiun GAW Kototabang bertugas untuk mengukur, memprediksi, dan memberikan rekomendasi mengenai langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya,” jelas Dwikorita.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyambut baik peresmian Tower GRK ini. Ia bilang bahwa penting bagi BMKG untuk selalu meningkatkan upaya dalam mengurangi potensi kejadian cuaca dan iklim ekstrem yang menyebabkan terjadinya bencana hydrometeorology.

Sedangkan, Presiden Kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, dalam kesempatan itu juga mengatakan, agar kepala BMKG untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi dan meningkatkan sosialisasi mengenai fenomena alam yang rawan terjadi di Indonesia.

“Intensitas cuaca dan iklim ekstrem yang semakin tinggi membuat BMKG perlu untuk selalu berkoordinasi dan bergotong royong dengan instansi-instansi dan stakeholder terkait,” pungkas Megawati.

Dalam keteranganya yang dipublikasikan di situs World Meteorological Organization (WMO), Sekjen WMO, Petteri Taalas, mengatakan perubahan iklim sudah jelas terlihat dan dampaknya kepada manusia, ekonomi dan sosial semakin meningkat.

Ia lalu mengutip laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim. Publikasi yang diterbitkan 20 Maret 2023 itu menunjukkan saat ini dunia sedang menuju pemanasan 2,2-3,5 derajat.

Padahal, kata Taalas, setiap pemanasan 3 derajat akan berdampak dramatis pada kesehatan manusia, biosfer, ketahanan pangan, dan ekonomi global. “Risiko-risiko mengerikan itu dapat dihindari jika kita tetap berada dalam pemanasan 1,5 derajat,” katanya.

Taalas mengingatkan bahwa saat ini parameter iklim menunjukkan arah yang salah. Seperti pemanasan laut; pengasaman laut; pencairan gletser; kenaikan permukaan laut; banjir dan peristiwa kekeringan; konsentrasi karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida.

Pesan utama IPCC lainnya adalah bahwa membatasi perubahan iklim jauh lebih rasional dibandingkan dengan tidak bertindak atau menghadapi konsekuensinya. Kabar baiknya, masih ada cara yang menarik secara ekonomi untuk membatasi tingkat pemanasan bahkan hingga 1,5°C. Sebaliknya, transisi ini juga merupakan peluang besar untuk bisnis baru dan upaya penghematan.

“Selain mitigasi perubahan iklim, kita perlu mempercepat adaptasi perubahan iklim. Sistem peringatan dini adalah alat adaptasi yang hemat biaya dan efisien dan inilah mengapa WMO memprioritaskan Peringatan Dini untuk Semua pada tahun 2027,” katanya. []

Penulis: Ahmadi Supriyanto

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?