- Krisis air yang disebabkan perubahan iklim akan terus berlangsung jika laju peningkatan emisi Gas Rumah Kaca tidak dikendalikan atau ditahan.
envira.id, Jakarta—Krisis air sudah lama disuarakan beberapa kalangan. Tetapi, nampaknya masyarakat masih sayup-sayup menyikapinya. Ada Kekhawatiran bahwa krisis air ini sudah menjadi ancaman serius, bukan saja Indonesia tetapi seluruh dunia.
Seperti pernah dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati bahwa krisis air yang sudah menjadi ancaman dunia ini harus segera mendapat perhatian serius semua pihak. Perubahan iklim, disinyalir menjadi penyebab terganggunya siklus hidrologi sehingga memicu terjadinya krisis air.
“Krisis air terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap negara. Tidak peduli itu negara maju atau berkembang. Karenanya, isu ini harus menjadi perhatian bersama seluruh negara tanpa terkecuali,” tegas Dwikora, saat menjadi pembicara di forum the 10th World Water Forum Kick Off Meeting di Jakarta, medio Februari 2023 lalu.
Untruk itulah, Presiden Joko Widodo dalam forum itu menekankan agenda penting yang harus diprioritaskan dalam penyelenggaraan WWF 2024 mendatang di Bali. Yakni, upaya konservasi air; ketersediaan air bersih dan sanitasi; ketahanan pangan dan energi; serta mitigasi bencana alam berupa banjir dan kekeringan.
“Agenda-agenda tersebut harus menjadi kerja bersama, partisipasi rakyat dan kerja sama dari berbagai pihak, dialog dan kemitraan antar negara yang dilakukan dalam semangat kebersamaan untuk kesejahteraan rakyat dunia,” terang Presiden.
Hal senada juga dikatakan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ia mengingatkan, penggunaan air di abad 21 bakal meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan penduduk, sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air.
“Akses terhadap air bersih serta sanitasi yang layak menjadi faktor kunci penentu kualitas kesehatan seseorang,” kata Ma’ruf Amin pada acara the 2nd Asia International Water Week (AIWW), di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), awal pekan lalu.
Lebih lanjut Wapres mengatakan, sekali pun 71 persen bumi tertutup oleh air, hanya sekitar 13 persen air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi lebih dari 7 miliar manusia. Hal ini menjadikan masalah krisis air merupakan salah satu isu mengemuka dan memerlukan perhatian di tingkat internasional.
Apalagi, menurut Dwikora yang juga anggota Dewan Eksekutif World Meteorological Organization (WMO), mengatakan ancaman krisis air akibat perubahan iklim ini sudah terlihat sangat jelas. Terus meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca yang berdampak pada meningkatnya laju kenaikan temperatur udara, mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut.
“Ini berdampak pada fenomena perubahan iklim,” tandasnya.
Fenomena ini, imbuhnya, akan terus berlanjut apabila laju peningkatan emisi Gas Rumah Kaca tidak dikendalikan atau ditahan. Ini dapat menyebabkan semakin cepatnya proses penguapan air permukaan, sehingga mengakibatkan ketersediaan air semakin cepat berkurang di suatu lokasi belahan bumi. Sebaliknya, akan terjadi hujan yang berlebihan (ekstrem) di lokasi atau belahan bumi yang lain.
Ketersediaan air permukaan dan air tanah yang makin berkurang ini, lanjut Dwikorita, akan memengaruhi ketersediaan air bersih di berbagai belahan bumi. Selain itu, perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan proses turunnya hujan menjadi ekstrem dan tidak merata
Dwikorita mencontohkan, WMO pada tahun 2022 yang lalu melaporkan bahwa kekeringan dan kelangkaan air telah melanda Eropa, Amerika Utara Barat, Amerika Selatan Barat, Mediterania, Sahel, Amerika Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, Australia Tenggara dan berbagai wilayah lain di planet ini. Namun, pada saat yang sama, banjir juga terjadi Easton Sahil, Pakistan, Indonesia, hingga Australia Timur.
“Tidak ada perbedaan antara negara maju dan negara berkembang. Keduanya sama-sama menderita akibat kekeringan dan banjir,” tegasnya. []
Penulis: Ahmadi Supriyanto