- Kegiatan bersih-bersih ini adalah yang kesekian kalinya dilakukan oleh Komunitas Malu Dong di Bali. Komunitas ini yakin bahwa sampah adalah masalah bersama, karenanya harus diselesaikan secara bersama-sama.
Envira.id, Denpasar – Sebanyak hampir dua ribu orang ambil bagian dalam Beach Clean Up yang diselenggarakan oleh Komunitas Malu Dong, di Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar, Bali, Jumat, 26 Mei 2023.
Banyak pihak yang terlibat event dengan tema “Together We Can!” itu, mulai dari siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa, nelayan, penyandang disalibitas, anggota beragam komunitas, ibu rumah tangga, aparatur sipil negara (ASN) sampai ekspatriat.
Dukungan penuh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar, tergambarkan dengan hadirnya Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, dan Wakil Wali Kota, I Kadek Agus Arya Wibawa, di acara itu.
Selama tiga jam, mulai pukul 07.00 sampai puluk 10.00 Wita, para peserta membersihkan pesisir sepanjang 2,5 kilometer di Pantai Mertasari di Kawasan Sanur, Denpasar.
Menurut Ketua Komunitas Malu Dong, Komang Sudiarta, dari kegiatan itu terkumpul sampah anorganik, antara lain sampah plastik, sebanyak tiga truk. Sampah tersebut selanjutnya dikelola oleh perusahaan pengelolaan sampah, Eco Bali.
“Dengan pelibatan Eco Bali dan para sponsor, juga dukungan dari Pemerintah membuat kegiatan ini berjalan lancar dan sukses. Pesan moral kami adalah, jangan nyampah, malu dong,” kata Bemo, sapaan akrab Komang Sudiarta.
Bemo mengaku tak menyangka jumlah peserta Beach Clean Up kali ini membludak, mencapai hampir 2.000 orang. Sebab sampai H-1 pelaksanaan, jumlah peserta yang mendaftar hanya ratusan orang.
“Pada hari H tiba-tiba banyak peserta dari sekolah, kampus, masyarakat, hingga kantor pemerintah yang mendaftar. Untung kami punya stok kaos “Malu Dong” yang kami bagikan gratis. Itu bentuk apresiasi kami, “ ujarnya.
Suasana Pantai Mertasari pun meriah oleh peserta beach clean up yang mengenakan kaos Malu Dong dengan warna-warni seperti merah, kuning, orange, hijau, hingga hitam. Mereka juga membawa karung-karung kain warna hitam untuk menaruh sampah yang dipungut di sepanjang pantai yang sampahnya banyak terdampar di sana.
Bemo menuturkan, beach clean up dilakukan berawal dari adanya informasi dari para nelayan bahwa banyak sampah yang berserakan di Pantai Mertasari.
“Para nelayan menyebut sedang terjadi Angin Sanur. Mereka minta bantuan agar Malu Dong melakukan bersih-bersih di pantai itu,” ujarnya.
Beruntung, permintaan itu datang di saat musim libur sekolah, sehingga Kominitas Malu Dong mudah mengajak siswa tingkat SD, SLTP, SLTA, siswa disabilitas dan mahasiswa. “Kami bersyukur masyarakat menyambut dan kami juga mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah,” kata Bemo.
Pada umumnya para peserta merasa senang ketika ikut ambil bagian dalam beach clean up. Salah seorang peserta, Masha Oprandi, mengaku sangat gembira bisa berbaur dengan anak-anak, siswa sekolah, mahasiwa, komunitas, penyandang disabilitas, dalam aksi bersih-bersih pantai.
“Kegiatan ini sangat mengedukasi dan menarik perhatian masyarakat agar mulai bertindak memperbaiki lingkungan melalui tindakan nyata. Saya percaya jika kita tidak bertindak (Kelola sampah) hari ini, maka besok kita akan meninggalkan kekacauan untuk anak-anak kita. Saya tidak mau itu, karena kini Bali adalah rumah saya, rumah kita semua,” kata Masha, perempuan asal Rusia yang menikah dengan pria Bali ini, kepada envira.id.
Peserta lainnya, Mastsuda Takayoshi, mahasiswa asal Jepang menyatakan, apa yang dilakukan Komunitas Malu Dong membuat kita sadar bahwa membuang sampah di jalan atau di pantai sangat memalukan.
“Bali memiliki industri pariwisata yang berkembang pesat. Kita harus berinisiatif mewujudkan masyarakat teredukasi peduli sampah secara berkelanjutan,” ujar Matsuda, yang sedang belajar Bahasa Indonesia di Bali.
Menurut Bemo, kegiatan bersih-bersih ini adalah untuk kesekian kalinya dilakukan oleh komunitas Malu Dong. Komunitas ini secara berkelanjutan melaksanakan pungut sampah antara lain di sungai hingga jurang-jurang di desa-desa di Bali. Itu terjadi karena masih kurangnya infrastruktur persampahan yang tersedia.
“Tempat-tempat yang tak terlihat sering dijadikan tempat sampah, ini yang sering kami temui, karenanya edukasi terus kami lakukan untuk membangun kesadaran semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, sektor swasta hingga akademisi,” ucap Bemo.
Penulis: Eni Saeni